Data nasional mengatakan bahwa 97,7% balita Indonesia kurang konsumsi buah dan sayur. Anak-anak lebih senang makan gorengan, makanan manis atau makanan instan. Dalam jangka panjang pola makan ini berdampak buruk bagi kesehatannya, salah satunya menyebabkan ambeien (hemorrhoid).
Kurang serat dan air dalam diet sehari-hari membuat proses defekasi (buang air besar/BAB) tidak lancar. Anak-anak mengalami sembelit, ditunjukkan dengan lebih dari 3 hari tidak BAB, atau feses keras dan berbentuk seperti kotoran kambing (bulat-bulat kecil).
“Hemorrhoid banyak terjadi pada anak-anak di atas tujuh tahun,” papar dr. Frieda Handayani Kawanto, Sp.A(K), ahli gastrohepatologi anak dalam acara penutupan program Healthy Eating Habit 2017 yang diinisiasi oleh SGM Eksplor Buah & Sayur, pada 19 Desember 2017.
Ia menambahkan, jika mengalami sembelit, saat BAB anak cenderung mengejan. Menyebabkan tekanan pembuluh darah di area anus tinggi, menyebabkan pembengkakan. Pembengkakan/benjolan bisa terjadi di dalam anus sehingga tidak terlihat (disebut hemorrhoid internal) atau di ujung luar anus (hemorrhoid external ).
Lebih lanjut feses yang keras bisa melukai area anus yang membengkak, terjadi perdarahan. Ditunjukkan dengan BAB berdarah. Biasanya orangtua baru menyadari jika sang anak mengalami ambeien atau wasir saat mengalami BAB berdarah, atau muncul benjolan di unjung anus.
“Untungnya biasanya wasir pada anak-anak tergolong kategori ringan, sehingga tidak membutuhkan tindakan operasi,” tambah dr. Frieda. Benjolan masih bisa masuk kembali ke dalam anus.
“Akan diberikan gel yang berfungsi sebagai soothing (menenangkan), sekaligus mengandung bius lokal, supaya saat BAB tidak sakit dan mengecilkan ukuran benjolan.”
Mengatasi sembelit
Untuk mencegah wasir timbul kembali, perlu diupayakan agar anak tidak lagi mengalami sembelit. Butuh perubahan pola makan sehari-hari. Penting asupan serat dan air yang cukup, serta aktivitas fisik teratur.
Serat dalam buah dan sayur, khususnya serat tidak larut air, “Berfungsi untuk menambah massa feses, dan membuat BAB lebih mudah,” ungkap dr. Frieda. Serat jenis ini ada pada kulit apel, daun-daunan hijau, tomat, seledri, gandum utuh, dll.
Cukupi juga asupan cairan. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak usia 1-3 tahun membutuhkan cairan 1300 ml/hari, usia 4-7 tahun perlu 1700 ml/hari, dan pada anak 9-13 tahun butuh 2400 ml/hari (laki-laki) dan 2100 ml/hari (perempuan). Sementara kebutuhan untuk umur 14-18 tahun adalah 3300 ml/hari (laki-laki) dan 2300 ml/hari (perempuan).
Jangan lupakan olahraga/aktivitas fisik, karena akan merangsang pergerakan usus lebih aktif.
“Penanganan sembelit pada anak bisa berbulan-bulan bahkan sampai satu tahun. Butuh monitoring ketat asupan air dan serat, itu sebabnya harus konsultasi dengan ahli gizi. Perlu kerjasama antara orangtua dan dokter. Kalau tidak begitu hanya akan ganti-ganti dokter dan tidak membawa banyak perubahan,” tutup dr. Frieda. (jie)