Arabika dan robusta adalah dua jenis varietas utama kopi. Arabika disebut sebagai kopi ‘kelas satu’ karena memiliki cita rasa tinggi dan bold. Robusta dianggap sebagai kopi ‘kelas dua’ karena rasanya lebih pahit, agak asam, dan kandungan kafeinnya jauh lebih banyak ketimbang arabika. “Pengaruh terhadap kesehatan di antara kedua jenis kopi ini, antara lain pada kandungan kafeinnya,” terang Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS, Guru Besar Institut Pertanian bogor (IPB).
Cara mengolah kopi juga mempengaruhi efeknya terhadap kesehatan. Di Indonesia, kita mengenal kopi tubruk, yakni merebus/menyeduh bubuk kopi, bersama atau tanpa gula. Inilah rasa kopi yang ‘Indonesia banget’. Bagi yang lebih suka rasa ‘modern’, ada kopi instan, yakni kopi yang diolah dengan cara diseduh lalu dikeringkan/dibekukan, sehingga berbentuk bubuk. Cirinya, tidak ada ampas ketika kita menyeduhnya. Ada pun espresso yang berasal dari Italia, dibuat dengan mengekstrak kopi menggunakan uap panas pada tekanan tinggi. Espresso bisa dicampur dengan susu atau krim, menjadi berbagai minuman variasi dari kopi. Ada pula kopi yang diseduh menggunakan filter, misalnya kertas filter, sehingga menghasilkan ‘kopi tetes’ (drip brew) atau pada mesin pembuat kopi.
Berbagai proses ini tidak hanya memberikan cita rasa berbeda, tapi juga efek berbeda bagi tubuh. “Pada seduhan kopi tubruk, terkandung zat diterpen (cafestol dan kahweol) yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah,” ujar Prof. Deddy. Kopi yang difilter tidak mengandung kedua senyawa ini, karena tertahan pada filter bersama ampas kopi.
Kopi tubruk mengandung 80 kali lebih banyak asam lemak khusus pada kopi. Pada penelitian hewan, asam lemak ini terbukti dapat menghambat pertumbuhan kanker. Penelitian di Umeå University, Swedia, menemukan, konsumsi kopi tubruk 4 cangkir/hari atau lebih, menurunkan risiko terhadap kanker payudara dibandingkan perempuan yang minum kopi kurang dari 1 cangkir/hari.
Perempuan yang mengonsumsi kopi filter, mengalami peningkatan risiko terhadap kanker payudara awal (muncul di usia <49 tahun), namun risiko terhadap kanker yang muncul lambat (>55 tahun) menurun. Kaum Adam, sebaliknya, mesti lebih berhati-hati minum kopi tubruk; ditemukan, laki-laki yang minum kopi tubruk memiliki risiko yang lebih besar terhadap kanker pankreas dan kanker paru.
White coffee
Akhir-akhir ini white coffee mulai popular. Pengertian tentang white coffee bisa berbeda-beda, tergantung daerahnya. Di Australia atau Inggris, white coffee mengacu pada espresso atau kopi hitam yang ditambahi krimer/susu. Di Amerika, white coffee adalah biji kopi yang hanya dipanaskan sebentar (yellow roast), tidak sampai menghitam. White coffee yang belakangan ini ngetren di Indonesia, yakni biji kopi yang melalui proses pembekuan hingga -40oC. Ini membuat kandungan asamnya berkurang sampai 80% sehingga diklaim nyaman di lambung, namun kandungan kafeinnya tetap utuh. (nid)
Ilustrasi: Daria Nepriakhina from Pixabay