Sebuah penelitian menarik menyatakan ternyata kecepatan angin mempengaruhi penularan COVID-19. Ini kenapa kita tetap wajib memakai masker walau di luar ruangan.
Riset oleh Sean Clouston dan Olga Morozova ini dimuat di jurnal online Medrxiv. Sebagai informasi, laporan studi ini belum diulas oleh ahli lain / peer-reviewed, sehingga belum bisa diapakai sebagai acuan.
Sebelumnya sudah diketahui bila virus corona menyebar bersama udara (airborne), dan berada dalam ruangan tertutup (apalagi dengan sirkulasi udara buruk) bersama orang lain berisiko tinggi terjadi penularan.
Risiko penularan di luar ruangan belum banyak diteliti. Hanya ada beberapa laporan sporadik penularan di lingkungan luar ruang, termasuk di salah satu tempat konstruksi di Singapura, atau ketika jogging.
Karena dianggap berisiko kecil, bertemu atau bersosialisasi di luar ruangan dianggap bebas bahaya corona.
Peneliti bermaksud untuk menilai apakah berada di luar ruang berkontribusi pada penyebaran pandemi COVID-19. Hipotesa awal peneliti adalah kecepatan angin yang lebih lambat dikaitkan dengan peningkatan risiko penularan SAR-CoV-2 ketika seseorang bersosialisasi di luar ruang.
Untuk memeriksa potensi risiko paparan COVID-19 di luar ruangan, peneliti memodelkan dengan kasus COVID-19 harian di AS yang dilaporkan antara 16 Maret – 31 Desember 2020.
Kecepatan angin rata-rata dan suhu harian maksimal diperoleh dari data National Oceanic and Atmospheric Administration, Amerika Serikat. Regresi binomial negatif digunakan untuk memodelkan kejadian, menyesuaikan ukuran populasi yang rentan.
Peneliti mengamati kasus harian sangat tinggi di gelombang awal pandemi, tetapi berkurang dengan cepat setelah prosedur lockdown diberlakukan. Berdasarkan mulitvariabel analisa yang disesuaikan terlihat bahwa cuaca yang lebih hangat dengan kecepatan angin <5,5 MPH telah meningkatkan kejadian COVID-19, dibandingkan dengan kecepatan angin rata-rata > 5,5 MPH.
Dr. Dicky Budiman, MSc, PH, PhD, epidemiologi penyakit menular dari Griffith University, Australia – yang tidak terlibat dalam riset tersebut- menerangkan, analisa dari 96.057 kasus COVID-19 (dari 1,5 juta populasi orang AS) menemukan peningkatan 50% kasus pada kondisi kecepatan angin rendah, dibanding kecepatan angin tinggi.
“Ini pentingnya masker!” tegas dr. Dicky Budiman.
Kesimpulan studi ini menunjukkan bahwa penularan COVID-19 di luar ruangan dapat terjadi dengan mencatat bahwa risiko penularan di musim panas paling tinggi, pada hari-hari ketika angin sedang berkurang. (jie)