Menjaga daya tahan tubuh tidak pernah sebegini pentingnya sejak pandemi COVID-19 berlangsung. Berbagai cara kita lakukan, mulai dari mengonsumsi empon-empon, multivitamin, makan bergizi, hingga berjemur, semuanya demi imunitas meningkat. Tetapi tahukah Anda bila menjaga kesehatan kulit juga bagian dari memelihara daya tahan tubuh kita, khususnya innate immunity.
Innate Immunity atau daya tahan non-spesifik terdiri dari pertahanan fisik atau mekanik, misalkan kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin yang merupakan garis pertahanan terdepan terhadap mikroorganisme.
Selain itu, pertahanan sel juga termasuk dalam daya tahan non-spesifik yang diperankan oleh sel Makrofag. Ini merupakan sel pembunuh alami yang bermanfaat melawan mikroorganisme (bakteri, virus) yang masuk dalam tubuh.
Khusus pada kulit, ada yang disebut epidermal skin barrier atau kulit sebagai pelindung. “Keutuhan kulit sangat penting untuk mencegah mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit dan jamur yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Oleh karena itu menjaga keutuhan kulit sebagai organ terbesar pada manusia menjadi sangat krusial,” terang dr. Michael Reo, Medical Manager PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
Kita mengenal vitamin E sebagai ‘vitamin kulit’. Banyak manfaat vitamin E yang sudah terbukti, seperti menjaga kelembapan kulit, dan berfungsi sebagai antioksidan dalam melawan radikal bebas.
Dr. Michael menambahkan, bila kadar vitamin E (alpha-tocopherol) terutama di setiap lapisan kulit akan berkurang setiap hari karena terpapar oleh radikal bebas seperti sinar matahari, polusi, debu , AC, dan lain-lain.
“Karena itu kadar vitamin E harus tetap dijaga, terutama di lapisan kulit,” imbuhnya.
Vitamin E bisa diperloleh dari bentuk alamiah atau suplemen. Kombinasi suplemen vitamin E dalam bentuk siap minum dan vitamin E topikal (dioles), telah terbukti selama lebih dari 50 tahun dapat menjaga serta merawat ketahanan kulit yang optimal.
Berapa yang direkomendasikan?
Vitamin E dengan dosis 100 IU (International Units) direkomendasikan untuk mereka yang memiliki masalah kulit kusam atau berjerawat, yang biasanya dialami pada usia di bawah 25 tahun.
Sementara untuk mereka yang memiliki kulit yang cenderung kering, dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin E dengan dosis 300 IU per-harinya. Kondisi kulit seperti ini biasanya dialami pada usia di atas 25 tahun.
“Mereka yang punya gaya hidup aktif di luar ruangan, misalnya hobi bersepeda atau lari, juga dianjurkan mengonsumsi vitamin E dengan dosis 300 IU per-hari,” kata dr. Michael.
Dosis yang direkomendasikan di atas masih berada dalam batas dosis maksimal vitamin E harian yang ditetapkan BPOM, yaitu 400 IU per-hari.
Sumber alami
Vitamin E tergolong melimpah dari bahan alami, terutama kacang-kacangan, buah dan sayuran.
Kacang almon termasuk dalam deretan teratas makanan yang mengandung banyak vitamin E. Bahkan, Anda bisa memenuhi sekitar 37% kebutuhan vitamin E hanya dengan menyantap 20 butir almon.
Selain itu ada hazelnut (konsumsi 20 butir hazelnut bisa memenuhi 21% kebutuhan vitamin E harian), dan kacang tanah (100 gr kacang tanah setara dengan 56% kebutuhan harian vitamin E).
Brokoli yang tampaknya menjadi menu ‘wajib’ makanan sehat ternyata juga tinggi vitamin E. dengan mengonsumsi setengah gelas brokoli rebus, Anda bisa memenuhi sekitar 4% kebutuhan vitamin E dalam sehari.
Masih ada alpukat, buah yang terkenal akan lemak sehatnya ini. Setengah potong buah alpukat memberikan tubuh Anda asupan vitamin E sebanyak 2 miligram. Jumlah ini dapat memenuhi sekitar 14% kebutuhan vitamin E dalam sehari.
Suplemen vitamin E
Pemilihan suplemen vitamin E yang berasal dari bahan alami (d-alpha-tocopherol) seperti ekstrak biji gandum atau ekstrak biji bunga matahari, lebih dianjurkan.
“Suplemen dengan kandungan d-alpha-tocopherol dua kali lebih baik diserap oleh tubuh dibandingkan vitamin E sintetis (dl-alpha-tocopherol),” tukas dr. Michael. (jie)