Tanaman ini suka merambat di tembok, di pohon dan bebatuan sampai ketinggian 20-30 m. Daunnya berbentuk oval, tidak terlalu lebar, berwarna hijau tua dan ujungnya bergerigi. Kian lama, daunnya berubah menjadi bentuk hati. Itulah tanaman Ivy ( Hedera helix L.) yang memiliki akar tunjang berbentuk silindris dan mampu bertahan hingga 200-300 tahun.
Menurut feng shui, tanaman Ivy yang tumbuh di sudut dinding dapat menghilangkan elemen garis yang mengesankan keras. Salah satu jenisnya terkenal dengan nama Poison Ivy, karena memang beracun. Racun berasal dari zat urushiol, yang bisa membuat ruam kulit. Ivy jenis lain, menurut penelitian, mampu mengatasi batuk.
Tanaman Ivy sudah digunakan sejak masa Hippocrates (bapak ilmu pengobatan), dan sedikitnya ada 400 spesiesi. Dalam sejarah dewa-dewa Yunani, rangkaian daun Ivy dikenakan di kepala oleh Dionysus, Dewa anggur dan racun, untuk menawarkan racun. Remasan daun Ivy, ketika dicampur dalam anggur, akan mencegah peminumnya menjadi mabuk.
Sekarang, di negara-negara Eropa tanaman ini digunakan untuk meredakan gangguan pernafasan, khususnya batuk dan radang selaput lendir di hidung/tenggorokan. Juga untuk meredakan hidung meler dan mampet akibat sinusitis.
Nick Burgess, master Herbal Medicines dari Fakultas Farmasi, Universitas Sydney, Australia, mengatakan beragam jenis daun Ivy digunakan untuk meredakan batuk di banyak daerah di Eropa. Dosis yang digunakan berbeda-beda, tergantung jenis tanamanannyang.
“Ada zat aktifnya saponin (58%), bekerja sebagai ekspektoran atau mengencerkan dahak,” paparnya.
Saponin memicu respon di mukosa/ lapisan permukaan usus, menjadi serangkaian stimulasi di kelenjar mucous yang terletak di bronkitis. Zat ini akan meningkatkan pengeluaran lendir di saluran napas dan memudahkan untuk dikeluarkan. Dahak / lendir yang kental akan menstimulasi reflek batuk, ini yang terjadi dengan batuk berdahak.
Dengan menipiskan dan membersihkan sumbatan di saluran napas, reflek batuk tidak terjadi. Zat ini juga bersifat antispasmodic (menekan kejang otot) pada otot reflek yang mengatur batuk, sehingga dapat membantu mengurangi batuk.
Dalam penelitian oleh Hofmann D, Hecker M dan Volp A dari Johann Wolfgang Goethe University di Frankrurt, Jerman, daun Ivy kering pada anak dengan asma bronchial menunjukkan adanya perbaikan saluran pernapasan.
Penelitian lain pada anak penderita asma, 25 tetes ekstrak daun Ivy yang diberikan 2 x sehari, efektif meningkatkan sirkulasi napas di paru-paru dalam 3 hari.
Dalam penelitian double-blind dengan subyek penderita bronkitis kronik, ditemukan ekstrak daun Ivy efektif bekerja sebagai agen antiperadangan, seperti obat ambrosol, untuk mengatasi gejala bronkitis kronik. Pada orang dewasa dosisnya 50 tetes ekstrak herbal Ivy 2x sehari, untuk 25 tetes 2x sehari.
Perlu penelitian jangka panjang lainnya untuk menguji efektifitas herbal ini. Namun , Komisi E Jerman (German Commission E) memberi izin untuk digunakan pada radang bronchial kronis sebagai ekspektoran. (jie)