Mitos yang santer beredar dalam masyarakat adalah daging kambing bisa picu hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan di pembuluh darah yang telah berlangung lama. Hal ini mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Menurut Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syah, SpPD-KGEH, FINASIM, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hipertensi yang tidak tertangani akan menyebabkan kerusakan organ-organ vital, seperti jantung dan ginjal.
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Indonesia untuk usia >18 tahun mencapai 25,8%. Hipertensi sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Sehubungan dengan mitos daging kambing picu hipertensi, perlu mengetahui terlebih dulu kandungan nutrisi daging kambing. Daging kambing merupakan salah satu jenis daging merah yang mengandung lemak lebih tinggi, dibanding daging putih (daging unggas dan ikan).
Lemak hewan biasanya mengandung lemak jenuh dengan kadar LDL (lemak jahat) yang tinggi, dan dapat menumpuk pada dinding pembuluh darah. Tetapi daging kambing juga sumber protein yang dibutuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak, dan merupakan zat pembangun.
“Penyebab hipertensi yang sudah terbukti adalah makanan dengan kadar garam tinggi, kebiasaan merokok dan kurang aktivitas fisik,” terang Prof. Ari. “Masalahnya adalah sering kali daging kambing diolah menggunakan garam yang cukup banyak. Atau, walau penggunaan garam sudah diminimalisir, namun garam juga bisa bersembunyi dalam produk makanan, seperti penyedap rasa.” Kecap dan saus dikenal pula mengandung garam.
Sementara di satu sisi, mereka yang memiliki hipotensi (tekanan darah rendah) justru kerap sengaja mengonsumsi daging kambing berlebihan tanpa melihat penyebab tensinya rendah. Hal ini justru berbahaya, karena bila hipotensi disebabkan oleh gangguan jantung, makan daging kambing dapat memperburuk keadaan.
Meningkatkan gairah seksual
Mitos lain seputar daging kambing adalah torpedo atau testis kambing dapat meningkatkan gairah seksual.
Hal itu tidak sepenuhnya benar. Pada dasarnya testis kambing mengandung kadar testosteron yang tinggi yang dapat meningkatkan gairah seks. “Namun, peningkatan gairah seks disebabkan oleh berbagai faktor, tidak hanya dari makanan,” tambah Prof. Ari.
Selain kedua mitos tesebut yang wajib diperhatikan adalah dampak langsung konsumsi daging kambing, yakni sembelit.
Demikian juga bila seseorang memiliki penyakit, seperti refluks asam lambung, maka penyakit tersebut dapat bertambah parah setelah konsumsi daging kambing yang berlebihan.
Efek jangka panjang konsumsi yang berlebihan adalah peningkatan kadar kolesterol dalam darah. (jie)