Anemia merupakan salah satu masalah utama yang dialami penderita penyakit ginjal kronis (PGK). Biasanya muncul pada stadium awal PGK. Anemia bisa berdampak buruk bagi penderita PGK.
Berdasarkan survei Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia mencapai 3,8 orang per satu juta penduduk. Angka ini meningkat dari 2,0 orang per juta penduduk pada tahun 2013.
Ini berarti 3.800 orang dari satu juta masyarakat Indonesia menderita penyakit ginjal kronik. Jumlah tersebut yang meningkat sekitar 1,9 kali lipat selama lima tahun.
Selain sebagai pembersih darah, fungsi penting lain ginjal adalah menghasilkan hormon penting yang disebut EPO (erythropoietin); 90% EPO dihasilkan di ginjal, hanya 10% diproduksi di hati. Hormon ini berfungsi merangsang sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah.
Jika fungsi ginjal ternganggu maka ginjal tidak mampu memroduksi cukup EPO, dan sumsum tulang tidak dapat memroduksi sel darah merah secara optimal.
Semakin buruk fungsi ginjal, semakin sedikit jumlah EPO yang diproduksi. Seiring waktu akan terjadi penurunan sel darah merah dan terjadilah anemia.
Anemia bisa berdampak buruk karena akan memperberat kondisi pasien, menurunkan kualitas hidup, meningkatkan frekuensi transfusi darah, dan yang paling parah meningkatkan risiko kecacatan bahkan kematian.
Faktor lain yang menyebabkan anemia pada PGK adalah defisiensi besi dan vitamin, penurunan masa hidup eritrosis (sel darah merah) dan akibat perdarahan.
Riset Sukandar E, dari Fakultas Kedokteran Univ. Padjadjaran, Bandung, menyatakan anemia merupakan komplikasi PGK yang sering terjadi, bahkan dapat terjadi lebih awal dibanding komplikasi PGK lainnya, dan hampir pada semua pasien penyakit ginjal tahap akhir. Anemia terjadi pada 80-90% pasien PGK.
Dalam The New England Journal of Medicine (2009) disebutkan adanya anemia pada pasien PGK dapat dipakai sebagai penanda risiko terjadinya kejadian kardiovaskular dan perburukan penyakit ginjal sendiri. Anemia dapat meningkatkan risiko kematian penderita PGK.
Terapi EPO
Salah satu terapi penyakit ginjal kronis adalah mencegah anemia menggunakan produk EPO (erythropoiesis stimulating agents /ESA).
Terapi EPO ini diberikan melalui suntikan di bawah kulit atau intervena (melalui pembuluh darah) saat cuci darah. Obat ini berfungsi merangsang sumsum tulang memroduksi sel darah merah. Selain itu dokter mungkin juga memberikan suplementasi zat besi, B12 dan asam folat.
Daewoong Infion merupakan salah satu farmasi biosimiliar di Indonesia yang memroduksi EPO untuk pengobatan PGK dan kanker. Produk EPO dari Daewoong Infion ini telah masuk dalam program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) sejak 2018.
“Dengan demikian, pasien yang kurang mampu akan tetap mendapatkan perawatan berkualitas tinggi. Melalui produksi EPO di dalam negeri, penghematan harga obat asuransi dapat ditingkatkan dari 40% menjadi 60%,” terang Chang-woo Suh, President Director Daewoong Infion, melalui siaran pers yang diterima OTC Digest, pada Senin (1/3/2021). (jie)
Baca juga: Waspadai Gagal Ginjal Akibat Hipertensi