Pikun, banyak terjadi pada lansia. Namun, pikun atau demensia ini bukanlah hal yang normal terjadi saat kita berusia lanjut. Efek kepikunan dapat diperlambat dengan perbaikan gaya hidup.
Metabolisme otak sangat tergantung pada jumlah glukosa dan oksigen yang mencapai otak. Berbeda dengan organ lain yang mempunyai cadangan/tempat penyimpanan glukosa, otak tidak punya. Penurunan pasokan tersebut akan mengganggu metabolisme otak, menyebabkan kerusakan sel otak.
Menurut dr. H. Hadi-Martono, SpPD, K-Ger, dari Instalasi Geriatri, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan menyebabkan perubahan anatomi dan biokimiawi susunan saraf pusat (otak).
Lansia dapat mengalami penurunan daya ingat dan gangguan psikomotor yang sifatnya wajar, disebut sifat pelupa yang ‘ramah’ akibat penuaan (benign senescent forgetfullness).
Pikun dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti cedera otak kerena kecelakaan (gagar otak, dsb), gaya hidup tak sehat (perokok, alkoholik, pemakai narkoba), stres dan depresi akut, efek hipertensi dan diabetes, sampai aterosklerosis (penumpukan plak dalam pembuluh darah).
Faktor-faktor tersebut bisa untuk dikoreksi dengan perubahan gaya hidup. Sementara itu, penyakit alzheimer adalah penyebab paling umum demensia (60-80%). Alzheimer bersifat degeneratif progresif, artinya perburukan terjadi lambat namun pasti.
Terjadi penyusutan massa di bagian otak yang mengontrol memori dan bahasa pada penderita alzheimer. Pada otak orang normal sel-sel otak (neuron) dapat mengantarkan pesan dengan lancar, penyusutan massa otak ini menyebabkan pesan tidak tersampaikan dengan benar.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kepikunan seperti:
Olahraga
Menurut jurnal dalam Harvard Health Publications mereka yang berolahraga secara rutin kesehatan mentalnya terjaga sampai berusia 80 tahunan.
Dr. Ade Tobing, SpKO, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, olahraga meningkatkan aliran darah ke otak dan paru-paru. Olahraga juga dapat mengontrol kadar gula, tekanan darah dan koleserol, yang adalah faktor-faktor yang berperan dalam kepikunan.
“Penelitian menunjukkan, dengan olahraga rutin ada penambahan sel baru di otak. Semakin banyak selnya dengan diameter sel yang lebih lebar. Itu memperbaiki fungsi memori,” ujarnya.
Teruslah belajar
Dalam studi MacArthur didapati bahwa level edukasi berkorelasi dengan kondisi mental yang baik. Peneliti beranggapan kebiasaan untuk terus belajar menguatkan fungsi memori, dan secara mental tetap aktif.
Ini dapat dilakukan dalam bentuk lain seperti belajar hobi baru, bermain game yang berhubungan dengan ingatan (misal: teka-teki silang), tetap membaca, dll.
Tidur teratur
Tidur penting dalam proses ‘konsolidasi’ memori jangka pendek dan panjang. Usahakan tidur dan bangun di waktu yang sama. Membuat rutinitas tidur akan membantu tidur lebih mudah.
Dukungan sosial
Tetap berhubungan dengan orang-orang dekat (keluarga atau kawan seusia) akan meningkatkan kesehatan mental lansia. Studi MacArthur juga mendapati dukungan yang sifatnya meningkatkan kepercayaandirilah yang dibutuhkan para lansia ini.
Konsumsi vitamin otak
Sebuah riset yang dipublikasikan dalam Archives of Neurology (2002) menyarankan pemakaian vitamin E untuk memperlambat penurunan mental pada lansia. Studi ini melibatkan 2.889 lansia yang tidak memiliki demensia atau gangguan konitif lain. Hasilnya, partisipan yang kerap mengonsumsi vitamin E memiliki 36% penurunan risiko gangguan mental.
Riset lain menyatakan vitamin C dan E dapat menurunkan risiko demensia vaskular (demensia yang berhubungan dengan stroke). Studi ini melibatkan 3.385 pria berdarah Jepang-Amerika usia 71-93 tahun. Mereka yang rutin mengonsumsi kedua vitamin tersebut dilaporkan memiliki penurunan risiko demensia vaskular sampai 88%.
Ginkgo biloba
Kesehatan otak dapat ditopang dengan konsumsi suplemen ginkgo biloba. Khasiat daun ginkgo biloba pada demensia sudah diteliti di Jerman untuk sejak tahun 1960.
Ginkgo biloba dikenal karena kemampuannya menerobos pembuluh darah yang sempit dan kecil. Kemudian memberi makan jaringan yang kekurangan oksigen di otak, jantung, dan bagian tubuh lainnya.
Ginkgo biloba diketahui manfaatnya dalam memacu produksi molekul ATP (adenosin trifosfat). Melimpahnya produksi ATP akan meningkatkan metabolisme glukosa, yang merupakan bahan bakar bagi otak.
Ginkgo biloba juga mampu meremajakan sel-sel otak. Yaitu dengan memulihkan reseptor-reseptor di dalam otak serta meningkatkan serotonin yang umumnya mulai berkurang ketika proses penuaan berlangsung. (jie)