Dengan belum tahu kapan akan berakhirnya pandemi ini kita ‘dipaksa’ harus beradaptasi dengan COVID-19. Hidup dengan kenormalan baru adalah termasuk urusan ‘ranjang’. Sebagai salah satu kebutuhan setiap orang, memunculkan pertanyaan apakah aman melakukan hubungan seks selama pandemi ini?
Anjuran sosial distancing menyebabkan suami istri lebih punya banyak waktu di rumah. Ini bisa menjadi waktu yang baik untuk menjadi lebih intim. Fakta menarik yang terungkap adalah selama dilangsungkannya PSBB, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat ada penurunan penggunaan alat kontrasepsi dan terjadi lebih dari 400.000 kehamilan tak direncanakan.
Namun yang perlu diingat adalah virus corona bisa ditularkan melalui droplet saat batuk atau bersin ke orang lain yang berada dalam jarak kurang dari 1 meter. Partikel virus (disebut aerosol) juga selama beberapa saat melayang di udara ketika seseorang yang terinfeksi bicara, menyanyi atau tertawa. Orang di dekatnya bisa menghidup partikel tersebut.
Penelitian menyatakan air liur, cairan sperma dan feses bisa mengandung virus corona; sementara indikasi adanya virus di cairan vagina belum diketahui. “Sehingga berciuman bisa menularkan virus,” papar dr. Huma Farid, spesialis obstetrik dan ginekologi di Harvard Medical School dan Beth Israel Deaconess Medical Center, AS.
Seberapa aman melakukan hubungan intim
Ada banyak bentuk keintiman, dan sebagian besar terjadi dalam jarak yang sangat dekat; kurang dari 1 meter seperti yang direkomendasikan para ahli.
“Tetapi ini tidak berati Anda harus mengisolasi diri dari pasangan dan berhenti bersikap intim sama sekali. Jika Anda berdua sehat atau merasa sehat, menerapkan social distancing dan tidak melakukan kotak dengan pasien COVID-19, menyentuh, berpelukan, berciuman dan bercinta pun aman,” terang dr. Farid. “Demikian pula berbagi tempat tidur dengan pasangan yang sehat seharusnya tidak masalah.”
Bagaimana bila pasangan bekerja dalam pekerjaan yang berisiko tinggi tertular virus?
Jika pasangan Anda bekerja di bidang yang berisiko tinggi, seperti tenaga kesehatan atau kerap melakukan kontak dengan masyarakat umum, keputusan tentang keintiman atau bahkan melakukan isolasi mandiri (walau tanpa adanya gejala) adalah bersifat pribadi.
Beberapa petugas kesehatan telah mengisolasi diri mereka dari keluarga mereka, sementara yang lain mempraktikkan kebersihan tangan yang baik dan memiliki seperangkat pakaian terpisah yang didedikasikan untuk pekerjaan.
“Anda dan pasangan harus mendiskusikan apa yang Anda berdua sukai, karena saat ini tidak ada pedoman berbasis bukti, mengingat ini adalah virus baru,” ujar dr. Farid.
Jadi, apakah hubungan seks aman?
Dengan mengetahui bagaimana virus corona baru ini disebarkan, menurut American Sexual Health Association (ASHA) cara teraman adalah dengan melakukan aktivitas seksual solo (misalnya masturbasi), atau melakukan hubungan seks jarak jauh menggunakan video call.
H. Hunter Handsfield, MD dari ASHA menyarankan orang aktif secara seksual untuk selektif dalam kemitraan seksual mereka, memperhatikan kesehatan pasangan, dan membatasi kemitraan baru sesedikit mungkin.
“Risiko terendah tentu saja untuk pasangan monogami,” tambahnya.
Sementara itu Dr. Farid menambahkan, virus corona bukan satu satunya masalah yang perlu diperhatikan dalam hal ini. “Anda harus menggunakan kontrasepsi bila sedang tidak merencanakan kehamilan, dan gunakan kondom untuk melindungi dari penyakit infeksi seksual,” katanya.
Ia juga menambahkan, jika Anda merasa dorongan untuk bercinta tiba-tiba padam, itu juga normal. Orang memiliki respons psikologis berbeda terhadap stres. “Jika hidup selama pandemi telah meredam hasrat seksual Anda, itu akan kembali setelah kehidupan kembali normal,” pungkas dr. Farid. (jie)