Banyak orang lebih senang menyantap makanan siap saji, snack, dan makanan olahan lain, dibanding masakan rumahan. Faktanya makanan-makanan ini kerap mengandung gula tambahan, membuat kita lebih banyak menyantap gula melebihi rekomendasi harian (50 gram/hari atau 4 sendok makan).
Konsumsi gula berlebih diketahui sebagai penyebab diabetes mellitus tipe 2 dan obesitas. Berikut ini 6 alasan kenapa terlalu banyak gula buruk untuk Anda.
1. Menambah berat badan
Tingkat obesitas meningkat di seluruh dunia dan gula tambahan, terutama dari minuman dan makanan kemasan dianggap sebagai salah satu penyebab utamanya.
Minuman kemasan seperti soda, jus, teh dan kopi banyak mengadung fruktosa, salah satu jenis gula sederhana.
Konsumsi fruktosa lebih merangsang rasa lapar dan nafsu makan, dibandingkan glukosa (jenis gula yang banyak terdapat dalam makanan bertepung). Hal ini dibuktikan dalam riset Shan Luo, dkk., di jurnal Proceeding of the National Academy of Scinces of the United States of America (PNAS).
Dan, konsumsi fruktosa berlebih bisa menyebabkan resistensi leptin, hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Dengan kata lain, minuman manis tidak mengekang rasa lapar, dan cenderung membuat kita ingin lebih banyak minum. Ini bisa menyebabkan penambahan berat badan.
2. Meningkatkan risiko penyakit jantung
Pola makan tinggi gula berhubungan dengan peningkatan risiko banyak penyakit, termasuk sakit jantung.
Bukti menunjukkan diet tinggi gula bisa menyebabkan obesitas, inflamasi dalam tubuh dan kadar trigliserida cenderung tinggi, serta gula darah dan tekanan darah tinggi. Itu semua adalah faktor risiko penyakit jantung.
Penelitian pada lebih dari 3000 orang menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi 17-21% kalori dari gula tambahan, memiliki 38% risiko lebih besar untuk meninggal karena sakit jantung, dibandingkan yang hanya mengonsumsi 8% kalori dari gula tambahan.
Satu kaleng soda 473 ml mengandung 52 gram gula, yang setara dengan lebih dari 10% konsumsi kalori harian, berdasarkan diet 2000 kalori.
3. Pemicu jerawat
Diet tinggi karbohidrat, termasuk makanan dan minuman manis, dikaitkan dengan risiko lebih tinggi jerawatan.
Makanan dengan indeks glikemik tinggi (cepat menaikkan gula darah), seperti permen, meningkatkan gula darah Anda lebih cepat daripada makanan dengan indeks glikemik lebih rendah.
Alicja Kucharska, dkk., menyatakan makanan manis dengan cepat meningkatkan gula darah dan kadar insulin, menyebabkan peningkatan sekresi androgen, produksi minyak dan peradangan, yang semuanya berperan dalam perkembangan jerawat.
Penelitian pada 2.300 remaja menunjukkan bahwa mereka yang rutin mengonsumsi gula tambahan berisiko 30% lebih tinggi untuk jerawatan.
4. Meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2
Prevalensi penderita diabetes di seluruh dunia saat ini dua kali lebih banyak dibanding 30 tahun lalu. Walau sebabnya multifaktor, ada hubungan yang jelas antara konsumsi gula berlebih dengan risiko diabetes.
Konsumsi gula tinggi yang berkepanjangan bisa menyebabkan resistensi insulin, hormon yang diproduksi pankreas yang memungkinkan gula disimpan dalam sel. Resistensi insulin menyebabkan kadar gula dalam darah tinggi, juga meningkatkan risiko diabetes.
Sebuah studi populasi yang melibatkan lebih dari 175 negara menemukan bahwa risiko diabetes berkembang sebesar 1,1% untuk setiap 150 kalori gula, atau sekitar satu kaleng soda, yang dikonsumsi per hari.
5. Risiko kanker lebih tinggi
Mengonsumsi gula berlebih juga meningkatkan risiko kanker tertentu. Pertama, gula berlebih bisa sebabkan obesitas, yang secara signifikan meningkatkan risiko kanker saluran cerna.
Riset pada 430.000 orang menemukan bila konsumsi gula tambahan berhubungan dengan peningkatan kanker esofagus, kanker pleural dan kanker usus halus.
Riset lain menyatakan wanita yang makan kue dan kacang manis lebih dari tiga kali per minggu berisiko 1,42 kali lebih besar menderita kanker endometrium, dibanding mereka yang mengonsumsi kurang dari 0,5 kali per minggu.
6. Berhubungan dengan depresi
Diet tinggi gula tambahan dan makanan olahan ternyata dapat meningkatkan peluang Anda untuk mengalami depresi.
Peneliti percaya bahwa kadar gula yang naik turun, disregulasi neurotransmitter dan peradangan mungkin menjadi penyebab dampak merugikan gula pada kesehatan mental.
Sebuah studi yang mengikuti 8.000 orang selama 22 tahun menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi 67 gram atau lebih gula per hari memiliki kemungkinan 23% lebih tinggi untuk mengalami depresi, daripada pria yang makan < 40 gram per hari. (jie)