Membuat orang tua – terutama lansia – memahami pentingnya menjaga jarak (social distancing) selama pandemi COVID-19 bisa membuat frustasi. Banyak orang tua menganggap remeh virus ini. Perlu cara tertentu untuk bicara dengan orangtua tentang social distancing.
Kita mengetahui lansia (berusia 60 tahun ke atas) adalah kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami komplikasi berat bila terinfeksi COVID-19. Pada lansia yang menganggap remeh COVID-19, maka dengan sendirinya akan mengentengkan anjuran jaga jarak.
Banyak lansia yang bersikap abai pada infeksi virus corona, ini membuat anak-anak mereka frustasi. Menyebabkan komunikasi yang tidak menyenangkan. Beberapa anak mungkin membentak orangtuannya untuk patuh pada anjuran pemerintah tersebut.
Bila orangtua Anda menolak atau mengganggap sebelah mata anjuran social distancing atau physical distancing, berikut ini beberapa cara yang bisa Anda terapkan.
1. Pastikan Anda adalah orang yang tepat untuk berbicara
Sudah menjadi sifat dari hubungan orang tua dan anak bahwa seorang anak - tidak peduli usia mereka - mungkin bukan orang yang tepat untuk berbicara dengan orang tua tentang issue besar : merubah kebiasaan yang berkaitan dengan pandemi virus corona ini.
Menurut Jenn Leiferman, PhD, profesor kesehatan masyarakat dan perilaku di Colorado School of Public Health, AS, “Terkadang orangtua masih melihat anak mereka (yang sudah dewasa) sebagai anak-anak. Jika itu masalahnya, sebaiknya cari tahu siapa orang lain yang bisa menyampaikan pesan dengan baik.”
Pikirkan orang-orang yang nyaman dan dipercaya oleh orang tua Anda, seperti teman, saudara, atau pemuka agama.
2. Didasari perasaan sayang, bukan kontrol
“Jadikan rasa sayang sebagai pusat komunikasi. Bahwa alasan Anda untuk mengemukakan hal ini dan menginginkan orang tua Anda untuk mengubah perilaku mereka adalah cinta Anda kepada mereka dan keinginan Anda untuk masih bisa bersama selama bertahun-tahun mendatang,” saran Dr. Alexandra Stockwell, seorang dokter yang juga pendiri Calm in Chaos – klinik tentang membangun hubungan antara orang tua dan anak.
“Sangat mudah dalam percakapan ini untuk berubah menjadi kontrol. Lakukan semua yang Anda bisa untuk mengklarifikasi tentang cinta - bukan kontrol. ”
3. Ajukan banyak pertanyaan
Setiap komunikasi dengan orangtua harus dimulai dengan rasa hormat dan rasa ingin tahu. “Merasa paling benar dan merendahkan diri tidak akan berhasil. Tidak peduli seberapa benar Anda berpikir seperti itu, orangtua yang berfungsi penuh (masih bisa beraktivitas) tidak akan terinspirasi oleh hal itu, ”jelas Dr. Stockwell.
Ajukan pertanyaan kepada orang tua Anda untuk benar-benar memahami apa yang mendorong perilaku mereka, dan dengarkan jawaban mereka. Setelah Anda mendengar sudut pandang orangtua Anda, tunjukkan kepada mereka bahwa Anda memahaminya.
“Seringkali kita dapat membantu orang mengubah perilaku mereka jika kita mengetahui apa yang mendorong mereka. Kemudian Anda dapat membantu orangtua mengidentifikasi dan menemukan cara untuk mengubah perilaku mereka sendiri. Ini berbeda dengan seorang yang memberi tahu orangtua apa yang harus dilakukan, "saran Prof. Leiferman.
4. Berbagi informasi dari sumber yang terpercaya
Cari tahu dari mana orang tua Anda mendapatkan informasi mereka. Banyak ditemui, para sesepuh ini meremehkan pandemi COVID-19 dan menyatakan bahwa langkah-langkah seperti isolasi mandiri, karantina, atau menjaga jarak fisik terlalu berlebihan atau tidak perlu.
Pastikan orang tua mendapatkan informasi berbasis sains yang benar dari sumber langsung dan tepercaya.
5. Terima bahwa Anda hanya bisa mengendalikan diri sendiri
Pada akhirnya, bahkan jika orangtua Anda tidak mengindahkan saran Anda untuk melindungi diri mereka terhadap COVID-19, Prof. Leiferman menyarankan untuk tetap memberikan rasa hormat, cinta, dan dukungan kepada orang tua.
Keterhubungan sangat penting bagi orangtua (terutama lansia) pada saat ini, “Jadi ajari orangtua Anda cara-cara baru untuk tetap terhubung - dan berkomitmenlah untuk tetap berhubungan,” katanya. (jie)