Resistant starch (RS) merupakan makanan yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Namun, hanya beberapa makanan yang mengandung RS, dan banyak yang rusak karena salah dalam pengolahan.
Karbohidrat yang kita makan umumnya berupa nasi, kentang dan gandum yang merupakan zat tepung. Zat tepung yang tidak dapat dicerna oleh usus dinamakan resistant starch (RS). Resistant starch difermentasi di usus besar dan menghasilkan rantai asam lemak pendek seperti butirat. Fungsi RS di usus besar adalah sebagai makanan bagi bakteri usus, juga sumber energi bagi sel-sel usus besar.
Penelitian Higgins (2004) membuktikan, konsumsi RS dapat menurunkan berat badan, menjaga fungsi jantung dan sistem pencernaan serta cocok sebagai diet bagi pasien diabetes.
Proses mengolah makanan yang mengandung RS, sangat mempengaruhi kestabilan senyawanya. Memasak dan memanaskan dapat menghancurkan kandungan RS makanan. Kita bisa memperoleh kembali efek RS, dengan cara mendinginkan makanan setelah dimasak.
Beberapa makanan yang mengandung RS:
- Oat. Merupakan makanan yang tinggi kandungan antioksidan dan tergolong tipe 1 RS. Mengonsumsi 100 g oat berarti menyediakan sekitar 3,6 g RS.
- Nasi yang didinginkan. Nasi adalah makanan RS yang mudah ditemui. Memasak nasi kemudian mendinginkannya, merupakan cara mudah mendapat RS. Beras merah lebih baik karena mengandung tinggi serat dan mikronutrien, seperti mangan dan magnesium.
- Tepung kentang. Merupakan sumber RS terbanyak dengan 72% kandungan RS utuh (Chen, 2010). Perlu diperhatikan, jangan mengolah tepung kentang. Cukup tambahkan tepung kentang pada makanan yang telah siap makan, untuk menambah konsumsi RS.
- Kentang rebus yang didinginkan. Mengandung RS dalam jumlah tertentu. Biarkan kentang dingin sebelum memakannya dan jangan dipanaskan kembali. Pemanasan ulang akan menhancurkan RS pada kentang. Kentang juga merupakan sumber kalium dan vitamin C yang baik (Weichselbaum, 2010).
- Pisang mentah (Green Banana). Pisang mentah memiliki kandungan RS dan serat yang tinggi, dan berkurang seiring dengan matangnya pisang (Chen, 2010).
(Ade Saputri, Mahasiswa FK UGM)