Ulat sagu, jangkrik, laron, hingga kepompong ulat jati termasuk serangga yang kerap dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia. Bagi sebagian orang lain, serangga masih dianggap sebagai kuliner ekstrim yang patut dicoba saat berkunjung ke daerah tertentu. Ternyata, kini serangga disebut sebagai salah satu sumber pangan yang menjanjkan, bahkan bisa menjadi pengganti daging, ketika jumlah manusia semakin banyak sedangkan lahan untuk beternak kian terbatas.
Organisasi Pangan Dunia FAO menyebut, serangga kaya akan protein. Ditengarai, serangga mengandung proporsi protein dan lemak lebih banyak ketimbang daging dan ikan, dengan nilai nutrisi tinggi. Selain itu, serangga dan ulat juga kaya akan berbagai mineral seperti potassium, kalsium, magnesium, seng (zinc), fosfor dan zat besi. Berdasarkan penelitian, 100 gr serangga mampu memberikan 100% kebutuhan vitamin dan mineral harian.
Berikut ini setidaknya 4 manfaat makan serangga untuk kesehatan tubuh.
- Tinggi protein. Dalam 100 gr tawon/lebah/semut terkandung 13-77 gr protein. Kumbang dan jangkrik mengandung 23-66 gr protein/100 gr, dan ulat mopane mengandung 48-61 gr protein/100 gr. Bandingkan dengan kandungan protein pada: 19-26 gr protein/100 gr daging sapi; 23 gr protein/100 gr ayam; 16-28 gr protein/100 gr ikan makarel; dan 13 gr protein/100 gr telur.
- Sumber zat besi yang baik. Riset yang dilakukan oleh American Chemical Socieaty menemukan, jangkrik memiliki kadar zat besi lebih tinggi dibandingkan belalang dan larva kumbang. Mineral lain seperti kalsium, tembaga, dan seng dari belalang, jangkrik, serta larva lebih mudah diserap daripada yang berasal dari daging sapi. Tidak heran bila di beberapa negara, makanan yang diolah dari tepung ulat sering digunakan untuk mengatasi kasus malnutrisi anak.
- Mengandung omega-3. Adapun penelitian oleh Pusat Riset dan Universitas Wageningen, Belanda, menemukan bahwa ekstraksi protein dari serangga menghasilkan omega-3. Selama ini, ikan laut merupakan sumber utama omega-3. Serangga bisa menjadi alternatif sumber omega-3 yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan, untuk memenuhi kebutuhan akan omega-3 yang makin tinggi.
- Menyehatkan saluran cerna. Penelitian oleh Universitas Wisconsin-Madison menemukan, memakan jangkrik bisa mendukung pertumbuhan bakteri bermanfaat. Jangkrik maupun serangga lainnya mengandung serat pangan seperti chitin, yang berbeda dengan serat yang bersumber dari sayur dan buah. Serat merupakan sumber makanan bagi bakteri bermanfaat di usus. Dalam studi ini ditemukan bahwa konsumsi jangkrik mampu meningkatkan jumlah bakteri probiotik seperti Bifidobacterium. Uniknya lagi, jangkrik aman dimakan dalam jumlah besar, bahkan bisa mengurangi inflamasi (peradangan) di dalam tubuh.
Asiknya lagi, serangga/larva bisa diolah menjadi berbagai jenis hidangan. Jangan bayangkan serangga atau ulat melulu dihidangkan dalam bentuk utuh. Sumber pangan ini bisa diolah menjadi tepung, dan dibuat menjadi berbagai makanan termasuk kue, muffin atau pasta. Makan serangga, siapa takut? (nid)
________________________________
Ilustrasi: Pexels / Pixabay.com