Penelitian menunjukkan dalam 1 dekade (10 tahun), risiko osteoporosis meningkat 1-1,8 kali. Data di Amerika Serikat menyebutkan,1 dari 5 perempuan AS usia di atas 50 tahun menderita osteoporosis. Daerah yang biasanya gampang patah ialah tulang pinggul, pergelangan lengan bawah, tungkai dan vertebra (ruas tulang belakang).
Kalsium dan fosfat adalah dua mineral esensial untuk pembentukan tulang. Melewati pertambahan umur, tubuh menggunakan mineral ini untuk memproduksi tulang. Jika kekurangan kalsium atau tubuh tidak bisa menyerap cukup kalsium dari makanan, maka akan diambil dari jaringan tulang (proses resopsi).
Osteoporosis tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa dekade. Sebab itu, ia sebagai silence disease. Masalah pada tulang hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan kepadatan tulang, menggunakan Densitometer X-ray Absorptiometry (DXA).
Baca juga: Osteoporosis di Masa Kehamilan dan Menyusui
Karena tanpa gejala, biasanya osteoporosis baru ketahuan pada fase lanjut. Seperti setelah punggung makin membungkuk, tinggi badan berkurang, nyeri punggung atau patah tulang.
Menurut dr. Bambang Setyohadi, Sp.PD, KR., dari Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, “Setelah menopause, perempuan akan kehilangan hormon estrogen. Proses resorpi tulang menjadi tidak terkendali, dan tidak dapat diimbangi oleh proses formasi tulang.”
Pengeroposan tulang biasanya terjadi pada wanita usia 51-75 tahun. Bisa muncul lebih cepat atau lebih lambat. Ini disebut osteoporosis postmenopousal. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal. Faktor usia memang berpengaruh, karena penyerapan kalsium dan pembentukan tulang menurun seiring pertambahan usia.
Baca juga: Lakukan Pemeriksaan Ini untuk Deteksi Osteoporosis
Pada usia 75 – 85 tahun, risiko osteoporosis naik 2x lipat. “Insiden patah pergelangan tangan, meningkat setelah umur 50 tahun. Fraktur vertebra setelah 60 tahun, dan patah panggul setelah umur 70 tahun. Wanita berisiko 2x lebih besar dibanding pria, pada umur yang sama,” terang dr. Bambang.
Kondisi Rawan Osteoporosis
• Ibu hamil & menyusui. Pada saat ini, penyerapan kalsium meningkat untuk memenuhi kebutuhan kalsium bayi dalam kandungan. Jika asupan dari makanan tidak cukup, kebutuhan kalsium akan diambil dari cadangan kalsium di tulang sang ibu. Maka, konsumsi kalsium pada periode ini perlu ditingkatkan sampai 1.200 mg/hari.
• Menopause dini. Terjadi pada usia < 40 tahun karena faktor keturunan, atau menderita penyakit autoimun. Operasi pengangkatan indung telur juga bisa menyebabkan menopause dini, karena hormon estrogen dan progesteron tidak lagi diproduksi. Ditunjukkan dengan tidak menstruasi selama 12 bulan.
•Penderita hipertiroid atau kelebihan hormon tiroid yang dihasilkan kelenjar gondok. Metabolisme tubuh menjadi terlalu aktif, termasuk metabolisme kalsium. Terjadi pembuangan kalsium secara besar-besaran melalui air seni mau pun tinja.
•Penderita anoreksia nervosa. Ini merupakan kelainan pola makan, di mana penderita membatasi konsumsi makanan secara tidak wajar. Mereka berupaya mati-matian untuk menjaga berat badan dan bentuk tubuh, serta mengendalikan kebiasan makan dengan sangat ketat. Akibatnya, yang bersangkutan kekurangan gizi. Termasuk kurang kalsium, hingga mudah disambangi osteoporosis. (jie)
Bersambung ke: Diet Pencegahan Osteoporosis