Isomaltulosa, Pemanis Ramah Gula Darah untuk Pola Makan Diabetesi
pola_makan_diabetesi_isomaltulosa

Isomaltulosa, Pemanis Ramah Gula Darah untuk Pola Makan Diabetesi

Pola makan diabetesi atau penyandang diabetes sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan orang pada umumnya. Tidak perlu memantang macam-macam makanan dengan ketat. Malah, hal ini bisa berdampak kurang baik. “Tetap perlu mempertahankan kesenangan saat makan. Kalau ini itu serba dilarang, malah stres dan tidak baik untuk kesehatan,” ungkap dokter spesialis gizi klinik dr. Marini Siregar, Sp.GK.

Pada dasarnya, pola makan tetap sesuai dengan prinsip gizi seimbang. Yaitu mengandung karbohidrat (45 – 65%), protein (10 – 20%), dan lemak (<30%), serta mikronutrisi (berbagai vitamin dan mineral). Untuk mudahnya, bisa mengikuti panduan Isi Piringku: ½ bagian diisi sayur dan buah, lalu masing-masing ¼ bagian berupa karbohidrat dan protein.

Asupan serat perlu ditingkatkan menjadi 25 gr/hari, terutama serat larut. “Serat akan menghalangi penyerapan gula di saluran cerna, sehingga gila darah tidak cepat naik,” jelas dr. Marini, dalam diskusi media bertajuk Isomaltulosa Cegah Terjadinya Peningkatan dan Penurunan Drastis Kadar Gula Diabetesi, Selasa (25/7/2023).

Karbohidrat dan Gula

Karbohidrat merupakan sumber energi bagi tubuh. Sumber karbohidrat bisa berasal dari tanaman serealia (nasi, jagung, oat), makanan yang mengandung pati (ubi, singkong), tepung, dan gula.

Gula pasir adalah bentuk karbohidrat paling sederhana. Hanya mengandung glukosa, dan tidak mengandung zat gizi lain. Pada diabetesi, asupan gula murni dibatasi <5% dari total kebutuhan energi dalam sehari. Maka bila kebutuhan energi 1500 kkal, maka gula hanya <75 kkal, yang setara dengan <18.75 gr atau <1,5 sendok makan saja. “Artinya, gula hanya dikonsumsi dalam bentuk bumbu. Kalau gula ditambahkan ke minuman, sudah melebihi kebutuhan dalam sehari,” ujar dr. Marini.

Ia melanjutkan, yang lebih disarankan untuk diabetesi adalah jenis karbohidrat kompleks yang tinggi serat. “Karbohidrat jenis ini membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna dan dipecah menjadi gula. Gula pun diserap secara perlahan, sehingga tidak naik secara drastis. Rasa kenyang juga bertahan lebih lama,” tutur dr. Marini.

Contoh karbohidrat kompleks antara lain oat yang mengandung serat tidak larut dan bisa mengurangi kadar kolesterol, ubi jalar, dan pasta. “Contoh lain misalnya beras merah yang kaya akan serat tidak larut, serta mengandung kromium dan seng yang menguatkan kerja insulin,” jelas dr. Marini. Apakah diabetesi harus mengganti nasi putih dengan nasi merah? “Memang beras merah lebih baik, tapi kalau tidak suka tidak usah dipaksakan,” imbuhnya.

Selain karbohidrat kompleks, diabetesi sebaiknya juga memilih makanan dengan IG rendah. Indeks glikemi (IG) adalah nilai yang menunjukkan seberapa cepat suatu makanan meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi. “Ketika gula darah langsung melonjak setelah makan, dia akan cepat turun. Begitu turun, kita lapar lagi. Karenanya, makanan yang bagus untuk diabetesi adalah yang IG rendah,” jelas dr. Marini.

Nilai IG berkisar antara 0 – 100. Makin tinggi angkanya, makin cepat makanan tersebut menaikkan gula darah. IG rendah bernilai <55; sedang 56 – 69; dan tinggi bila angkanya >70.

Isomaltulosa dalam Pola Makan Diabetesi

Sebagaimana telah disebutkan, diabetesi harus membatasi asupan gula, dan mengutamakan karbohidrat kompleks sebagai sumber energi. Menarik, ada “gula” yang memiliki IG rendah. Inilah isomaltulosa.

Isomaltulosa adalah sumber karbohidrat disakarida. Di saluran cerna, dia akan dipecah dulu menjadi glukosa dan fruktosa. “Jadi lebih lambat dicerna. Artinya, efeknya menaikkan gula darah juga lebih lambat. Tidak menyebabkan lonjakan gula darah,” terang dr. Marini. Isomaltulosa memiliki nilai IG rendah, hanya 32. “Penelitian menemukan, penyerapannya membutuhkan waktu sampai 50 menit,” tambahnya.

Isomaltulosa bisa menjadi salah satu pilihan pemanis pengganti gula dalam pola makan diabetesi. Namun perlu diingat, isomaltulosa bukanlah pemanis non kalori. Isomaltulosa mengandung jumlah kalori yang sama dengan glukosa (4 kkal/gr), sehingga asupannya tetap perlu mempertimbangkan jumlaha supan kalori dalam sehari. Hanya saja, dia tidak cepat menaikkan kadar gula darah. “Rasa kenyang jadi lebih lama bertahan, jadi tidak cepat lapar,” ujar dr. Marini.

Hal ini diamini oleh Immam Prabudi, Business Head OTC Division Fahrenheit Group Indonesia. “Karena diserap secara perlahan, isomaltulosa tidak membuat kenaikan glukosa terlalu tinggi. Tetap dalam batas normal, tapi memberikan energi dalam rentang waktu yang lama,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Isomaltulosa yang terkandung dalam nutrisi diabetesi DMensol diekstrak dari umbi bit.” Isomaltulosa memang berasal dari bahan alami seperti bit, tebu, dan madu. Aman dan bisa menjadi bagian dalam pola makan diabetesi, selama dikonsumsi sesuai aturan, dan produk telah mendapat registrasi dari BPOM. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Image by stockking on Freepik