Cegah Pikun di Usia Muda | OTC Digest

Cegah Pikun di Usia Muda

Kepikunan tidak otomatis terjadi, seiring bertambahnya usia. Agar usia muda tidak pikun, apa yang harus dilakukan?               

 

Menjadi pelupa di usia muda, bisa jadi adalah gejala kepikunan. Kepikunan (demensia) dapat menyerang orang berusia 40 tahun ke atas, terutama mereka yang memiliki riwayat keluarga terserang demensia, parkinson atau down syndrome. Demensia biasa terjadi pada orang lanjut usia. Tidak berarti, mereka yang berusia lanjut otomatis akan menjadi pikun.

 

Buktinya, banyak usianya sudah di atas 70 tahun masih tetap produktif. Karya master piece pelukis Picasso, yang dibuat di atas usia 70. Oscar Luigi Scalfaro (lahir 1918) menjadi Presiden Italia (1992-1999) dan kemudian dinobatkan sebagai senator seumur hidup. Di Indonesia, ada sastrawan Pramoedya Ananta Toer (alm.), Ny. Mooryati Soedibyo, Yusuf Kalla dan lain-lain yang tak lekang oleh usia. 

 

Demensia terjadi karena penurunan kemampuan kognitif yang berkembang secara perlahan. Terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian, konsentrasi juga kemunduran kepribadian. Saat ini, di Amerika Serikat ada 4,5 juta penderita demensia. Diperkirakan, pada 2050 akan meningkat menjadi 16 juta.

 

Mengapa yang berusia lebih muda bisa pikun? Tak lain karena pola hidup tidak sehat. Misalnya merokok dan depresi berulang. Hipertensi, kencing manis, stroke, terjadi benturan keras di kepala berisiko terkena demensia onset dini (usia muda).

 

Dr. Istiana, Sp.S., spesialis saraf dari RS. Ananda, Bekasi, mengatakan demensia  disebabkan penyakit alzheimer. Yakni berkurangnya massa otak secara tidak normal, karena sel-sel saraf mengalami kematian. Akibatnya, otak mengecil. Kerusakan menyebabkan gangguan pada transmisi antarsel otak. Asetikolin atau zat yang berfungsi mengantarkan pesan komunikasi di otak, menurun jumlahnya.

 

Kepikunan dimulai dari perubahan emosi seperti mudah tersinggung, murung, cemas, lesu dan terganggu memori jangka pendeknya. Kemudian, ingatan berkurang, bicara diulang-ulang dan tidak mengenali orang di sekitarnya. Bila sudah parah, penderita bisa tidak memahami ucapan sendiri atau orang lain dan kehilangan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

 

Untuk mencegahnya, “Perbanyak aktivitas dan lakukan latihan mengingat. Isi teka-teki silang, biasakan mencatat hal-hal kecil seperti nama, atau meletakkan benda di tempat tertentu dan teratur,” saran dr. Istiana. Membaca dan nonton TV juga baik. Buat “jembatan keledai” agar mudah mengingat sesuatu.

 

Gizi yang baik untuk otak misalnya vitamin B kompleks (mengatur neurotransmiter, sel penghantar pesan di otak). Vitamin C dan E (antioksidan yang mencegah kerusakan oksidatif neurotransmiter); Ginkgo biloba (meningkatkan sirkulasi darah, menangkap radikal bebas dan membantu memperbaiki konsentrasi dan ingatan). (jie)