Trio penyakit difteri, pertusis dan tetanus bisa berakibat fatal bila menyerang anak-anak. Vaksiansi perlu dilakukan sesuai jadwal.
Pemberian vaksin memiliki jadwal yang berbeda, disesuaikan dengan usia dan kapan anak paling rentan mengalami penyakit tertentu. “Vaksin diberikan sebelumnya, untuk pencegahan,” ujar dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD, vaksinolog lulusan University of Siena, Italia. Vaksin DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis) termasuk penting diberikan. Karena bisa mengancam keselamatan anak, vaksin ini sebaiknya tidak dilewatkan.
Difteri disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan hingga membengkak dan terbentuk lapisan pseudomembrane tebal berwarna abu-abu, sehingga saluran nafas tertutup dan anak kekurangan oksigen. Bila jalan nafas tertutup rapat akibat lendir, pangkal tenggorokan harus dilubangi, untuk mengalirkan oksigen melalui selang. Racun yang dihasilkan bakteri Corynebacterium diphtheriae bisa masuk ke aliran darah, dapat menyebabkan paralisis (lumpuh) dan gagal jantung. Anak usia 1-10 tahun rentan mengalami difteri.
Adapun pertusis dikenal juga sebagai batuk rejan atau batuk 100 hari. Penyakit ini disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Toksin yang dihasilkan melumpuhkan cilia (rambut-rambut halus di tenggorokan) dan menyebabkan peradangan pada saluran nafas. Proses pembersihan lendir paru-paru menimbulkan batuk parah hingga radang paru (pneumonia). Bisa terjadi kerusakan otak, kejang bahkan kematian pada anak usia <3 tahun.
Berbeda dengan difteri dan pertusis yang bisa ditularkan dari orang ke orang, tetanus tidak. Infeksi oleh bakteri clostridium tetani terjadi, bila kulit terluka dan terkena media yang tercemar bakteri tersebut, misalnya tanah atau besi berkarat. Tetanus bisa menyebabkan kelumpuhan, kejang dan kekakuan otot. Kadang perlu waktu berbulan-bulan untuk sembuh. Sekitar 10% orang yang terkena tetanus meninggal.
Vaksinasi DTP dasar diberikan 3x, saat bayi berusia 2-4-6 bulan. Booster atau penguat dilakukan dua kali, yakni saat anak berusia 18-24 bulan, dan di usia 5 tahun. Booster bisa kembali dilakukan di usia 10 dan 18 tahun, tapi jenis vaksinnya berbeda, cukup tetanus dan difteri (Td). Dosis dari huruf kecil (d) yakni 1/10 dari dosis huruf besar (D). “Pada usia tujuh tahun ke atas, diberikan dosis kecil karena kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar,” terang dr. Dirga.
Untuk tetanus tetap digunakan dosis T, di usia berapa pun. Booster tetanus bisa dilakukan dua kali pada perempuan di usia subur. Dianjurkan melakukannya saat persiapan menikah, lalu satu bulan setelahnya. Bila terlewat, bisa dilakukan saat hamil trimester (TM) pertama lalu di TM 3, “Untuk menghindari terjadinya tetanus pada bayi baru lahir akibat proses persalinan yang kurang steril.” Bila ibu sudah memiliki kekebalan terhadap tetanus, bayi yang dilahirkan juga mendapatkan kekebalan itu. Aman melakukan vaksinasi tetanus saat hamil.(nid)