Peminum teh boleh berbahagia. Sebuah data analisis matematis yang dipublikasi di BMJ (British Medical Journal) Open versi online menunjukkan, prevalensi diabetes mellitus tipe 2 (DM) 2 rendah di negara yang banyak mengonsumsi teh hitam (kadang disebut juga teh merah).
Penelitian dilakukan di 50 negara (lintas benua). Data dikumpulkan oleh perusahaan riset pasar spesialis independen tahun 2009. Selanjutnya, dianalisis prevalensi penyakit pernafasan, infeksi, kanker, diabetes dan kardiovaskular pada negara-negara tersebut, berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Irlandia menduduki posisi teratas untuk peminum teh hitam (>2kg/tahun/orang), diikuti Inggris dan Turki. Korea Utara, Brasil, China, Maroko dan Meksiko berada dalam tabel konsumsi teh hitam sangat rendah. Menggunakan pendekatan statistik PCA (principal component analysis), tampak bahwa teh hitam berpengaruh pada angka diabetes.
Analisis statistik lebih mendalam, menunjukkan adanya hubungan linear antara rendahnya angka diabetes pada negara yang konsumsi teh hitamnya tinggi. Penemuan ini sejalan dengan studi sebelumnya, yang menunjukkan manfaat teh hitam terhadap diabetes dan obesitas.
Penelitian terbaru yang dilakukan Arisa Butacnum, dkk (2017) dan dipublikasi di Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition menemukan hal serupa. Teh hitam secara signifikan mengurangi kenaikan kadar gula darah dalam 60, 90 dan 120 menit setelah mengonsumsi minuman manis, dibandingkan plasebo (obat kosong). Efek ini terlihat pada orang dewasa sehat maupun yang pra diabetes.
Zat bioaktif utama dalam teh hitam yakni polifenol. Polifenol adalah sekelompok besar senyawa kimia dalam tanaman. Antara lain terbagi menjadi asam fenolat, tannin dan flavonoid. Data menunjukkan bahwa polifenol menurunkan respon glikemik (peningkatan gula darah), dan mungkin berperan dalam penurunan angka diabetes, seperti yang diamati dalam hubungan dengan konsumsi teh dan kopi.
Teh hijau utamanya kaya akan flavonoid sederhana, yang disebut katekin. Sebabnya, teh hijau menjalani proses oksidasi yang singkat sehingga kandungan katekinnya belum berubah. Katekin memiliki efek anti radang.
Adapun teh hitam mengalami oksidasi 100%, yang membuat katekin berubah menjadi flavonoid kompleks seperti theaflavins dan thearubigen. Keduanya merupakan antioksidan yang kuat, juga memiliki manfaat anti radang, anti kanker dan anti hipertensi. Pada penelitian binatang, ekstrak teh hitam mampu menghambat penyerapan karbohidrat serta menekan kenaikan gula darah setelah makan.
Tentu, agar manfaat teh hitam menangkal diabetes bisa optimal, sebaiknya diminum tanpa gula. (nid)