Batuk merupakan gejala penyakit, sekaligus cara tubuh mengeluarkan zat atau benda asing dari saluran nafas. Karena itu, seperti dikatakan dr. Wahyuni Sp.A dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FK Universitas Indonesia “Penanganan batuk bukan dengan menekan, tapi dengan membuat batuk menjadi lebih efektif mengeluarkan dahak.”
Batuk bisa menjadi efektif dengan menjaga agar lendir atau dahak tidak kental, dengan memperbanyak minum cairan. Pada anak yang masih minum ASI, dianjurkan untuk memperbanyak minum ASI. Untuk anak yang lebih besar, dianjurkan memperbanyak minum air putih, teh atau susu.
Pada anak yang sakit berat, asupan minum biasanya kurang dan batuknya sering disertai muntah. Dokter biasanya memberi obat-obatan protrusive, yang dapat membantu pengeluaran dahak. Jenisnya bermacam-macam, ada yang bersifat mukokinetik, mempermudah pengeluaran benda asing karena memperbaiki gerakan silia. Ada mukolitik, yang bekerja memecah dahak, sehingga partikelnya mudah dikeluarkan. Golongan protusive lainnya adalah ekspektoran dan bronkodilator.
Obat mukolitik hanya bekerja mencairkan lendir atau dahak, agar lebih mudah dikeluarkan. Bisa dikatakan, 100% batuk adalah batuk berdahak, termasuk penderita dengan batuk karena alergi.
Bagaimana dengan batuk kering? Menurut Prof. dr. Bambang Supriyanto Sp.A, ahli paru anak dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, “Batuk disebut kering karena dahak tidak keluar. Padahal, tidak keluarnya dahak disebabkan keras dan kentalnya dahak, sehingga susah dikeluarkan.”
Memberikan obat untuk anak
Pada anak-anak yang menggunakan obat sirup, obat bisa diberikan melalui pipet. Misalnya anak harus minum 2,5 mililiter, ambil saja 2,5 ml menggunakan pipet, dan diberikan secara perlahan pada anak.
Jika anak tidak mau minum obat, obat bisa ditambah dengan cairan lain seperti air, teh atau susu. Jika anak masih menggunakan botol, obat bisa ditambahkan. Tapi, jangan terlalu banyak memberikan cairan dalam botol pada anak. Sebab, kalau kebanyakan, kadang tidak dihabiskan oleh anak. Jika tidak habis diminum, dosis obat jadi kurang.
Bagaimana jika anak muntah, perlukah menambah dosis obat?. Itu memang tidak ada aturan main yang jelas. Tapi, tentu saja, kalau dalam satu menit setelah diberi obat anak muntah, obat tentunya belum sempat masuk ke dalam tubuh anak. Maka berikan lagi obat dalam dosis sesuai anjuran.
Tapi, jika anak muntah 10 menit setelah obat diberikan, ada kemungkinan obat sudah masuk ke dalam lambung. Dokter biasanya memberikan obat, dengan dosis tertentu dalam rentang dosis. Misalnya, rentang dosisnya 0,05 sampai 1mg/kg berat badan. Maka dokter memberikan dosis dalam rentang dosis tersebut. “Jarang dokter memberikan dosis paling tinggi,” kata Prof. Bambang. Jadi jangan terlalu khawatir jika anak minum sampai dosis 2 kali lipat.
Baca juga: Kapan Batuk Anak Perlu Diwaspadai?