Peran kulit kepala sama pentingnya dengan kulit tubuh secara umum, ia adalah barrier dari paparan lingkungan, zat asing, kuman atau jamur. Kerusakan barrier kulit kepala menyebabkan ketombe gampang muncul atau susah hilang.
Data dari Journal of Clinical Investigation in Dermatology menyebutkan rambut berketombe dialami oleh 50% masyarakat di dunia. Jumlah yang serupa didapati di Indonesia, yakni 44,3%.
Kesehatan kulit kepala adalah kunci dari munculnya ketombe. “Studi klinis membuktikan kulit kepala yang sehat memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap munculnya ketombe,” ujar Matthew Seal, Head of R&D, Beauty & Wellbeing Unilever Indonesia. “Jadi untuk memutus mata rantai ketombe Anda harus memerhatikan kesehatan kulit kepala.”
Penelitian menunjukkan pada kulit kepala yang sehat, pertumbuhan jamur malessezia (jamur yang normal ada di kulit) berlebih - akibat tidak keramas beberapa hari- tetap tidak memicu munculnya ketombe.
Metthew menambahkan ada banyak hal yang bisa mempengaruhi kesehatan kulit kepala, mulai dari faktor eksternal seperti polusi, hingga pemakaian produk rambut yang terlalu keras, dan faktor internal seperti diet.
Dr. M. Akbar Wedyadhana, SpDVE, FINSDV, FAAADV, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Cabang Jakarta, menambahkan munculnya ketombe menandakan adanya masalah pada scalp barrier (sawar kulit kepala).
“Kita mengenal tentang fungsi sawar kulit (skin barrier), scalp barrier juga sama, kalau ia tertanggu akan menyebabkan berbagai kelainan di kulit kepala, selain ketombe, kulit kepala mudah teriritasi, kena infeksi bakteri dan mengalami peradangan,” terang dr. Dhana, dalam peluncuran CLEAR X Scalp Derma Expert, Kamis (20/2/2025).
Kulit kepala yang tidak sehat juga memungkinkan jamur malessezia, selain tumbuh lebih banyak, juga menimbulkan gejala, menyebabkan kelainan/penyakit.
“Jika fungsi sawar kulit kepala normal atau berfungsi baik, walaupun jamur malessezia meningkat sampai 10 kali lipat, tetap saja ketombenya tidak muncul,” imbuh dr. Dhana.
Gangguan scalp barrier menyebabkan kulit kepala kehilangan kelembapannya. Pengaruh eksternal seperti polusi, suhu, atau memakai produk rambut yang terlalu keras bisa menyebabkan kelainan kulit kepala.
Sebaliknya kalau scalp barrier normal, imbuh dr. Dhana, kulit kepala akan terjaga kelembapannya, menjadi lebih tahan dari gangguan luar. Mencegah ketombe, iritasi, infeksi bakteri, dan peradangan.
Mereka yang lebih rentan untuk berketombe:
- Laki-laki. Kejadian ketombe pada pria lebih tinggi dibanding wanita. Kulit kepala laki-laki 1,6 kali lebih berminyak daripada wanita, karena pengaruh hormon androgen (hormon pria).
- Perempuan yang berhijab. Memakai hijab menyebabkan kulit kepala menjadi lebih lembap, bisa memicu pertumbuhan jamur malassezia berlebih.
- Stres bisa melemahkan fungsi sawar kulit kepala, menyebabkan gejala, salah satunya ketombe, dan bisa memperburuk kondisi ketombe tersebut.
Tips menjaga kesehatan kulit kepala:
- Keramas secara rutin setiap hari menggunakan shampoo sesuai kondisi kulit kepala. Ini tidak akan membuat rambut rontok. Bahkan, “keramas dua kali sehari tetap diperbolehkan, jika ada aktivitas tertentu yang menyebabkan kulit kepala sangat berminyak. Yang paling penting produknya sesuai, tidak mengganggu barrier kulit kepala,” dr. Dhana menambahkan.
- Memilih produk perawatan rambut mengandung zat yang bisa menjaga kesehatan kulit kepala, misalnya piroctone olamine (antijamur) dan niacinamide (antiradang dan untuk memperbaiki skin/scalp barrier).
- Perhatikan gaya hidup dengan menjaga pola makan sehat, mengelola stres dan tidur cukup.
- Jika mengalami masalah kulit kepala lanjutan, konsultasi ke dermatologis untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan tepat dalam memperkuat scalp barrier.
“Untuk orang yang kulit kepalanya rentan atau ada gangguan scalp barrier, ketombe bisa come and go, tergantung perawatan sehari-hari. Misalnya sekarang berketombe, kita pakai produk yang sesuai untuk mengontrol ketombe, hasilnya bagus (ketombe hilang). Tapi nanti kita bosan, pakai produk lain, bisa ada lagi ketombenya kalau produk yang kita pakai itu tidak cocok,” pungkas dr. Dhana. (jie)