Ketua PKK Provinsi Jawa Timur Periode 2019-2024, Hj. Arumi Bachsin, S.E mengingatkan pentingnya melakukan pencegahan DBD dimulai dari rumah masing-masing. Arumi sendiri belum pernah kena DBD, tapi suaminya, Emil Dardak yang adalah Wakil Gubernur Jawa Timur, pernah terkena saat di Jepang.
Tekad Arumi menerapkan 3M Plus dengan ketat untuk mencegah DBD, berakar dari cerita ayahnya. Ia berkisah, ayahnya memiliki teman yang kehilangan satu keluarga akibat DBD padahal mereka konsisten melakukan 3M, dan tidak membiarkan ada genangan di mana pun. “Ternyata setelah cari-cari, sumbernya berasal dari genangan air di belakang kulkas. Sejak saat itu, saya dan keluarga, bahkan terbawa sampai saya menikah, membiasakan diri untuk selalu menerapkan 3M Plus,” ujarnya.
Hal tersebut diungkapkannya dalam seminar awam dari rangkaian kegiatan Langkah Bersama Cegah DBD” di Surabaya (2/3/2024). Ini adalah bagian dari kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD, kemitraan antara PT Takeda Innovative Medicines dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, serta pemerintah dan pemangku kepentingan setempat untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia.
Upaya Pengendalian DBD di Jawa Timur
Demam berdarah dengue (DBD) memang masih mengancam seluruh daerah di Indonesia. Jawa Timur menempati peringkat ketiga kasus DBD tertinggi se-Indonesia pada 2023, dengan 9.401 kasus dan kematian sebanyak 103 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur drg. Sulvy Dwi Anggraeni, M. Kes. menyebut, upaya pencegahan DBD di Jawa Timur dilakukan dengan program pengendalian penyakit berbasis masyarakat. “Yaitu PSN (pemberantasan sarang nyamuk) di lingkungan, lewat Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik,” ujarnya. Ia menilai, program tersebut cukup efektif.
Secara nasional, angka kasus dan kematian akibat DBD pada 2023 lebih rendah daripada 2022. Hal ini berkaitan erat dengan langkah-langkah intervensi yang dilakukan pemerintah. Secara garis besar terdapat tiga intervensi: intervensi pada lingkungan, intervensi pada vektor (nyamuk), dan intervensi pada manusia. PSN seperti yang dilakukan di Surabaya, termasuk upaya intervensi pada lingkungan. Intervensi pada vektor dilakukan dengan penggunaan larvasida (abate) serta insektisida (fogging). Adapun intrvensi pada manusia dilakukan dengan inovatif melalui vaksinasi.
Tak kalah penting yaitu mengenali gejala penyakit, sehingga penderita DBD tidak terlambat mendapat pertolongan medis. “Jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala DBD seperti demam mendadak tinggi, nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, atau muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, imbuh drg. Sulvy.
Permasalahan dengue tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Diperlukan sinergi yang kuat antara seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk peran aktif masyarakat. “Di Takeda, kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan guna mendorong kesadaran masyarakat akan bahaya dengue, serta pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue,” ucap Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht. Dengan kolaborasi berbagai pihak, kita harapkan target untuk mencapai ‘nol kematian akibat dengue’ pada 2030 akan tercapai
Peranan Vaksinasi
Semua orang bisa terkena DBD, tanpa memandang usia, tempat tinggal, dan gaya hidup. “Pada dasarnya, virus dengue bisa menginfeksi siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi pada anak-anak, DBD memiliki risiko yang jauh lebih tinggi, termasuk menyebabkan kematian,” jelas dr. Dini Adityarini, Sp.A. Pada 2022, 48% kematian akibat dengue terjadi pada anak-anak usia 5-14 tahun.
Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan penggunaan vaksin DBD, yang memiliki tingkat keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik. “Vaksin bisa menurunkan menurunkan risiko keparahan penyakit dan menurunkan risiko rawat inap,” lanjutnya.
Vaksinasi adalah salah satu cara yang krusial untuk membantu memberikan perlindungan yang menyeluruh; tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga keluarga dan orang sekitar. Vaksin dengue yang tersedia saat ini diindikasikan untuk 6 - 45 tahun.
Arumi juga menyoroti pentingnya vaksinasi dalam pencegahan DBD. “Sekarang kita sudah bisa mendapatkan pencegahan DBD yang menyeluruh; bukan hanya dari luar melalui 3M Plus, tetapi juga dari dalam dengan vaksinasi.” (nid)
__________________________________
Ilustrasi: Image by jcomp on Freepik