Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan, asma termasuk salah satu penyakit yang paling banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. “Angkanya 4,5% dari total penduduk, atau sekitar 12 juta orang,” ungkap dr. Budhi Antariksa, Ph.D, Sp.PKR Subsp. APPOK. Ada anggapan bahwa asma bisa sembuh dengan sendirinya seiring usia. Benarkah demikian?
Asma adalah peradangan kronis pada saluran pernapasan yang menyebabkan penyempitan dan hiperreaktivitas saluran napas. Akibatnya, muncullah gejala asma seperti sesak napas, dada terasa berat seperti ditindih sesuatu, napas berbunyi (mengi), hingga mengakibatkan keterbatasn aktivitas fisik. “Diikuti dengan serangan asma yang membutuhkan perawatan, dan bisa berakibat fatal,” imbuhnya, dalam webinar memeringati Hari Asma Sedunia, beberapa waktu lalu.
Gejala lain yang paling sering muncul yaitu batuk. Biasanya terjadi di malam atau dini hari, hilang-timbul secara periodik, dan memberat bila dipicu oleh alergen. Faktor pencetus yang bisa memicu serangan asma antara lain: alergen (misalnya debu rumah, bulu binatang), asap rokok, dan cuaca dingin.
Apakah Asma bisa Sembuh - Fakta Seputar Asma
Berikut ini fakta mengenai asma, yang dijelaskan oleh dr. Arief Bachtiar, Sp.P(K), FAPSR. Penting untuk memahami hal ini, agar kita bisa mengatasi asma dengan tepat.
1. Asma bisa sembuh atau tidak?
“Kita belum berani mengatakan bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan secara baik,” ujar dr. Arief. Bila asma terkendali, penyandang asma bisa hidup normal seperti orang lain.
2. Asma bukan hanya penyakit anak-anak
Masih banyak yang ebranggapan bahwa asma adalah penyakit anak-anak, dan akan sembuh sendiri saat dewasa. “Faktanya, asma bisa sampai dewasa, dan ada asma yang baru muncul di usia dewasa,” ujarnya. Bahkan ada pula asma yang muncul hanya saat kehamilan.
3. Asma tidak menular
Asma bukanlah penyakit menular. “Memang ada pemicu asma seperti infeksi virusl ini yng menular, bukan asmanya,” tegas dr. Arief.
4. Penyandang asma boleh berolahraga
Penyandang asma boleh, bahkan disarankan untuk berolahraga, “Olahraga teratur sesuai anjuran dokter, justru bisa membantu meringankan gejala asma.” Tentunya bukan olahraga intensitas berat dan/atau mengentak-entak seperti sepak bola atau bulu tangkis. Olahraga berat justru bisa memicu serangan asma, yang dikenal sebagai asma akibat berolahraga.
Yang disarankan adalah olahraga yang bersifat aerobik dengan intensitas ringan, seperti jalan kaki bersepeda santai, dan berenang. Bisa pula yoga, atau senam asma. “Olahraga seperti ini tidak menyebabkan perubahan mendadak pada saluran napas,” terangnya.
Bagaimanapun juga, tetap harus memperhatikan kondisi tubuh. Bila sensitive terhadap udara dingin, maka sebaiknya menghindari berenang, atau tidak berolahraga di luar ketika cuaca dingin dan banyak angin. Ketika awal-awal berolahraga mungkin bisa timbul batuk-batuk, dan terasa tidak nyaman. “Tapi semakin hari dilatih, biasanya akan semakin baik. Sebaiknya sedia obat asma pelega saat berolahraga, untuk antisipasi seandainya terjadi serangan mendadak,” tutur dr. Arief.
5. Ada dua jenis obat semprot asma
Secara umum, ada dua jenis obat semprot (inhaler) untuk asma: obat pelega, dan obat pengontrol. Obat pelega digunakan hanya saat serangan terjadi; fungsinya yaitu untuk melegakan saluran napas dengan segera.
Adapun obat pengontrol digunakan secar rutin setiap hari, ada serangan maupun tidak. "Asma kan peradangan kronis. Bagi yang asmanya tidak terkontrol, tidak cukup hanya dengan obat pelega saja. Diperlukan obat pengontrol, untuk mengurangi radang dan memperbaiki fungsi paru,” papar dr. Arief.
6. Inhaler tidak menyebabkan ketergantungan
Masih banyak yang menghindari penggunaan inhaler, karena takut akan jadi ketergantungan atau ketagihan. “Sebetulnya bukan ketagihan, tapi memang dia membutuhkan obat itu untuk mengatasi asmanya. Bila asma sering kambuh meski sudah memakai inhaler, artinya asma tidak terkontrol. Maka, perlu obat pelega yang digunakan rutin,” jelas dr. Arief.
Jadi, tak perlu lagi bingung apakah asma bisa sembuh atau tidak. Yang terpenting, asma terkontrol, dengan menghindari berbagai faktor pencetus, serta menggunakan obat sesuai anjuran dokter. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Image by jcomp on Freepik