Menyemangati teman atau anggota keluarga yang sedang sedih lumrah dilakukan. Ini selain merupakan bentuk simpati dan empati, kita berharap menyemangati orang lain saat sedih akan membangkitkan mood-nya. Tetapi benarkah demikian?
Berbicara dengan sahabat maupun keluarga adalah langkah yang umum dilakukan ketika mengalami kesedihan. Membagikan beban serta mendapatkan dukungan bisa membantu membangkitkan semangat.
Tapi ternyata ada beberapa kalimat penyemangat yang sebaiknya jangan diucapkan kepada teman atau sahabat yang curhat. Kata-kata ini sering kita dengar sebagai penyemangat, tetapi justru berujung meremehkan kesedihan mereka.
Prita Yulia Maharani, M.Psi., psikolog dari aplikasi konseling Riliv (aplikasi kesehatan mental terpadu yang terdiri dari meditasi dan konseling psikologi online), menyatakan bahwa kata-kata semangat ini disebut ‘toxic positivity’.
“Kata-kata ini terdengar sebagai penyemangat, tetapi sebenarnya membuat orang lain jadi sedih karena tidak divalidasi,” ujar wanita asal Surabaya saat acara Kita Kumpul Online oleh komunitas Narasi, 4 Juni 2021 silam.
Prita menambahkan bahwa saat mendengarkan, penting untuk menerapkan empati atau memahami kondisi orang secara utuh. “Toxic positivity membuat kita menekan emosi negatif dengan berusaha menerima emosi positif. Padahal, emosi negatif juga perlu kita terima agar tidak menumpuk,” terangnya.
Tidak semua orang ingin diberi nasihat. Banyak yang hanya ingin didengarkan saja. Kalimat-kalimat penyemangat membuat orang takut berpikir negatif, takut bercerita pada orang lain, mengisolasi diri, dan meningkatkan risiko stres serta kecemasan.
Berikut adalah 5 penyemangat yang merupakan toxic positivity yang sebaiknya dihindari:
1. “Masih ada yang lebih susah daripada kamu”
Ungkapan ini membuat teman atau kerabat yang bercerita merasa dikecilkan masalahnya. Anda tidak mengetahui seberapa besar usaha atau pun perjuangannya, serta hal yang mungkin memperparah kondisinya.
Anda bisa menggantinya dengan: “Aku bisa melihat dan merasakan betapa susahnya kamu berjuang menghadapi semuanya.”
2. “Sudah, jangan terlalu dipikirkan”
Saat seseorang berusaha bercerita ke Anda, itu artinya dia berusaha untuk menyingkirkan pikiran itu dengan membagikannya. Tidak masuk akal jika Anda menjawab seperti itu.
Anda bisa mengapresiasinya dengan: “Terima kasih sudah bercerita ya.”
3. “Sudah, jangan sedih terus. Mellow banget.”
Tidak ada orang yang mau sedih, juga tidak ada yang mau disebut mellow. Mengatakan hal ini berarti menutup mata bahwa teman atau sahabat sedang mengalami masalah dan mempercayai Anda sebagai teman bercerita.
Anda bisa berlatih mengatakan “Apa yang bisa kulakukan agar kamu bisa lebih tenang?”
4. “Masih mending, kalau aku…”
Kompetisi bisa terjadi dimana saja, termasuk siapa yang paling sengsara. Tidak heran jika kalimat ini bisa menjadi andalan saat seseorang bercerita kesedihannya untuk menunjukkan bahwa dia bukan yang paling sengsara.
Padahal, hal ini hanya membuat kesedihan menumpuk dan tidak divalidasi. Kesedihan bukanlah soal persaingan, dan orang yang sedang bercerita tidak ingin berkompetisi dengan siapapun.
Anda bisa membalasnya dengan pelukan atau mengiyakan bahwa apa yang sedang mereka hadapi berat.
5. “Kamu pasti bisa kok, enggak sulit ini.”
Kalimat ini sering muncul dengan niat membantu dan menguatkan, namun sadarkah jika sebenarnya kalimat ini toxic positivity?
Kata ‘enggak sulit ini’ berarti melihat dari kacamata Anda sendiri dan tidak mempertimbangkan kondisi orang itu. Bisa jadi ia tidak memiliki sumber daya seperti yang Anda miliki, serta pengalaman berbeda dari yang sudah Anda lalui.
Jika Anda ingin menyemangati, bisa menggunakan kalimat “Aku percaya kamu bisa, jangan lupa istirahat. Yang penting sudah melakukan yang terbaik ya.” (jie)