Mulai jam 00.00 hari Kamis, 6 Mei 2021, larangan mudik Lebaran diberlakukan sampai 17 Mei 2021 mendatang. Di Gerbang Tol Cikarang Barat, sejumlah kendaraan pribadi yang mencoba lewat, diminta putar balik oleh petugas. Selama 6 jam, terhitung sejak pukul 00.00 - 06.00 WIB hari Kamis kemarin, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat ada 725 kendaraan yang diminta putar balik di gerbang tol Cikarang Barat dan Cikupa.
Kendaraan yang diminta putar balik, juga terjadi di banyak pintu tol dan sejumlah ruas jalan nontol. Di Gerbang Tol Merak, Banten, kendaraan dari arah Jakarta menuju pulau Sumatera melalui Pelabuhan Merak, dipersilakan putar balik. Kendaraan roda dua dan roda empat yang terindikasi akan mudik, dicegat petugas gabungan di Bundaran Waru -- perbatasan Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Petugas gabungan bersiaga penuh, 24 jam/hari, di sejumlah titik untuk memastikan larangan mudik dapat ditegakkan.
"Pukul 24.00 WIB, Kamis 6 Mei 2021, kami mulai pemeriksaan dan penyekatan terhadap warga masyarakat yang akan mudik," kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo. Polisi sudah menyiapkan 31 titik pos pengamanan, terdiri 17 check point dan 14 lokasi di Jabodetabek. Sebanyak 1.313 personel dikerahkan agar larangan mudik dapat terlaksana dengan baik. Petugas di 17 pos check point akan menegakkan protokol kesehatan dan filterisasi awal kendaraan pemudik. Sedangkan petugas di 14 titik penyekatan, akan menegakkan protokol kesehatan, memeriksa surat izin keluar masuk (SIKM), serta meminta agar pemudik memutarbalik kendaraannya.
Covid-19 musuh tak kasat mata
Dapat dimaklumi, betapa kecewanya para pemudik yang diminta untuk “balik kanan” oleh petugas. Banyak di antara mereka yang sudah mempersiapkan diri sejak lama, untuk dapat menjejakkan kaki kembali di kampung halaman, bersilaturahmi dengan orangtua, kaum kerabat serta teman masa kecil.
Pemerintah meniadakan mudik tahun ini, karena Covid-19 masih menjadi ancaman serius. Di banyak Negara, virus berbahaya dan mudah menular itu telah menebar korban. Situasi di India sampai hari ini masih mencekam. Rumah sakit penuh sesak dan tak bisa lagi menampung pasien. Krematorium tak mampu lagi mengurus jenazah, yang sesuai ajaran Hindu harus dikremasi (dibakar). Warga terpaksa mengkremasi kerabatnya yang meninggal di halaman rumah. Pemerintah pun membolehkan kremasi dilakukan di jalanan. Pemandangan titik-titik api kremasi di banyak tempat di New Delhi dan sejumlah kota lain di India, terasa memilukan dan menyesakkan dada.
Covid-19 adalah musuh tak kasat mata dan sangat berbahaya. Karena tidak terlihat – mungkin juga karena ada rasa bosan – banyak yang abai menerapkan protokol kesehatan: pakai masker, sering cuci tangan, jaga jarak aman, hindari kerumunan dan dan tidak bepergian. Termasuk tidak pulang mudik.
Di Indonesia situasinya belum kondusif. Setiap ada libur panjang, dan masyarakat berlomba bepergian, dapat dipastikan angka kasus Covid-19 meningkat jumlahnya. Semakin dekat Lebaran, pusat-pusat perbelanjaan dijejali pengunjung. Pengunjung Pasar Tanah Abang, Jakarta, membludak tak terkendali, memaksa petugas melakukan berbagai tindakan. Penyekatan diperketat, pemberhentian kereta api dialihkan ke stasiun lain. Jumlah petugas ditambah untuk menahan laju pengunjung yang akan berbelanja.
Sangat tidak menyenangkan bagi yang ingin belanja atau mudik. Pedagang rugi dan pengemudi angkutan umum marah, karena kehilangan penghasilan. Masalahnya, hari-hari ini kita masih berada dalam situasi darurat.
Dulu,waktu perang melawan Belanda, sosok musuh terlihat jelas. Tentara Belanda bertubuh tinggi besar kulit putih, berseragam dan bersenjata lengkap. Karena ingin selamat, semua berusaha menghindar. Nah, Covid-19 tidak kelihatan, menyebar di mana-mana dan mudah sekali menular. Hampir tidak ada Negara di dunia yang luput dari serangan virus ini.
Dengan tetap menegakkan protokol kesehatan, mematuhi arahan pemerintah dan petugas berwenang, semoga situasi sulit ini segera berakhir. (sur)