Memakai hand sanitizer merupakan salah satu yang direkomendasikan – bila tidak bisa cuci tangan dengan sabun di air mengalir – untuk mencegah infeksi virus corona dari permukaan benda yang tertempel virus tersebut yang kemudian kita pegang.
Tetapi terlalu sering memakai hand sanitizer (cairan antiseptik) justru berakibat buruk, bisa menghapus sidik jari Anda, demikian penjelasan para ahli.
Kasus menarik terjadi di India. Melansir India Times, Nehal Mistry, seorang pegawai bank mengatakan alat absensi pemindai sidik jari (pemeriksaan biometrik) gagal mendeteksi sidik jarinya berkali-kali.
Nehal mengatakan ia biasa memakai hand sanitizer setidaknya 6-7 kali sehari. “Bahkan sistem pengamanan di rumah tidak bisa membaca sidik jari saya. Saya sudah melakukan perawatan kulit untuk masalah ini.”
“Dokter menyarankan untuk mengurangi pemakaian hand sanitizer berbasis alkohol, dan mengganti dengan pembersih berbasis sabun. Ia juga meresepkan beberapa pelembap. Syukur ini bekerja, sidik jari (yang awalnya terhapus) sekarang kembali,” katanya.
Nehal tidak sendiri. Jaimin Barot, kontraktor petugas kesehatan, mengatakan bahwa dia bersama beberapa anggota stafnya pernah menghadapi masalah tersebut.
“Dalam beberapa kasus, mesin biometrik menerima pembacaan setelah mencoba tiga-empat kali, sedangkan dalam kasus lain, itu sama sekali tidak terdaftar. Masalah ini lebih banyak mempengaruhi petugas kesehatan karena sering menggunakan cairan antiseptik, ”katanya.
Banyak dokter kulit melaporkan kasus yang mirip, hand sanitizer ‘menghapus’ sidik jari bersamaan dengan virus corona. Para ahli menyalahkan sifat alkohol atas kejadian ini.
Kondisi terhapusnya sidik jari ini bersifat sementara, tetapi bisa terjadi pada orang yang menggunakan hand sanitizer secara berlebihan, atau tidak cukup menggunakan pelembap.
Baca: Cegah Kulit Kering Akibat Pemakaian Hand Sanitizer, Penderita Eksim Wajib Gunakan Pelembap
Dokter kulit Anshul Warman mengatakan bahwa saat ini masalah tersebut sering dilaporkan karena beberapa kantor telah kembali beroperasi.
“Akibat penggunaan sanitiser dan antiseptik lainnya, terjadi abrasi pada lapisan atas kulit (epidermis). Sidik jari terbentuk karena tonjolan di lapisan ini. Abrasi merubah pola sidik jari dan gambar yang jelas tidak terbentuk, ”ujarnya seraya menambahkan bahwa edema (bengkak) dan dermatitis kontak juga mempengaruhi pola sidik jari.
Normalnya masalah pengelupasan atau abrasi sidik jari ini lebih banyak dilaporkan pada mereka dengan riwayat hyperhidrosis (keringat berlebih). Tetapi penggunaan hand sanitizer berlebih ditambah masalah kulit lainnya dapat meningkatkan pengelupasan epidermis.
Ketidakmampuan alat biometrik mendeteksi sidik jari yang terhapus akibat pemakaian hand sanitizer bisa berdampak luas. Tidak hanya masalah absensi, tetapi bisa juga menyulitkan saat seseorang membuat paspor, surat izin mengemudi, atau yang sederhana adalah tidak bisa membuka gawai canggih kita. (jie)