Beredar di aplikasi pesan, foto dari sebuah “studi ilmiah” yang menyebutkan bahwa vaksin COVID-19 bisa memperpanjang penis hingga 3 inci (7,26 cm). Jangan keburu panik—atau malah senang—dengan kabar ini, karena ini hanyalah hoaks. Berikut ini 5 hal yang menandakan “studi” tersebut adalah palsu.
1. Nama studi
Sekilas, tampilan “studi” sangat mirip dengan jurnal ilmiah bergengsi NEJM (New England Journal of Medicine). Namun bila dicermati, nama pada studi palsu itu adalah New Ingland Journal of Merdecine. Bisa jadi, parodi kata medicine menjadi merdecine berasal dari bahasa Perancis. Dalam bahasa Perancis, merde berarti kotoran (feses), dan biasa digunakan sebagai umpatan.
2. Artikel konspirasi
Di bawah judul, pada studi NEJM asli terdapat kotak panjang bertuliskan: ORIGINAL ARTICLE. Sedangkan pada studi palsu, tertulis: CONSPIRACY ARTICLE. Jelas, “studi” ini dibuat untuk menyindir mereka yang percaya pada teori konspirasi.
3. Latar belakang studi
Pada latar belakang studi, tertulis: “meta analisis menemukan bahwa mereka yang percaya kalau COVID-19 tidaklah nyata ternyata memiliki penis yang lebih pendek 2-3 inci. Untuk alasan ini, pada peneliti membuat vaksin yang bisa mengubah gen, untuk membantu mereka mengatasi masalah tersebut”. Studi palsu ini tidak lain untuk mengolok-olok kelompok yang menganggap bahwa COVID-19 hanya bohong belaka.
Metode studi tidak diubah dari studi asli, untuk mengecoh pembaca
4. Metode studi
Metode studi adalah bukti kunci bahwa "studi" ini palsu. Metode studi diambil dari studi asli yang berjudul Phase 1-2 Trial of a SARS-CoV-2 Recombinant Spike Protein Nanoparticle Vaccine, yang diterbitkan oleh NEJM pada 2 September 2020. Bagian ini merupakan bukti kunci, sekaligus hal penting yang bisa membuat kita terkecoh. Seperti bisa dibandingkan di gambar, metode studi sama sekali tidak diubah, sehingga bila hanya membaca sekilas dan lompat-lompat, kita mudah tertipu dengan bahasa ilmiah yang terdapat di metode studi. Namun bila lanjut membacanya hingga hasil penelitian, kita pasti sadar bahwa studi ini adalah lelucon satir.
5. Hasil studi
Di awal hasil penelitian, disebutkan bahwa dalam “studi”, pasangan dari 666 laki-laki peserta studi memberi suami mereka sesloki tequila yang sudah dicampur obat penenang, untuk membuat mereka tertidur. Kemudian sang istri menyuntikkan vaksin ke arteri serebral tengah, setelah sebelumnya berlatih pada babi. Tentu saja hal ini tidak mungkin, karena arteri ini berada di otak. Bagaimana bisa jarum suntik menembus tulang tengkorak yang begitu tebal dan keras sebagai pelindung otak?
Di akhir studi, tertulis: “dari 666 laki-laki yang divaksinasi, 667 memiliki penis yang membesar hingga 2,5 +/- 8 inci”. Tentu saja, surplus subjek (667 dari 666 laki-laki) adalah kesalahan penulisan yang disengaja, untuk makin menunjukkan bahwa ini adalah lelucon. Ditambah lagi, penambahan ukuran penis sangat tidak masuk akal. Apa jadinya bila penis bertambah panjang hingga 8 inci (20 cm)?
Ya, tidak sulit sebenarnya untuk mencari tahu apakah “studi” soal vaksin COVID-19 bisa memperpanjang penis adalah palsu. Semua tertulis jelas dalam studi palsu tersebut, asal kita mau membaca dengan teliti, dan tidak percaya begitu saja. Jadi, jangan terkecoh. “Studi” yang menyatakan bahwa vaksin COVID-19 bisa memperpanjang penis, adalah hoaks. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Medical photo created by freepik - www.freepik.com