Indonesia termasuk ke dalam daerah stone belt (sabuk batu) yang mengindikasikan banyak penduduknya menderita batu ginjal dan batu saluran kemihnya. Daerah stone belt umumnya berada di sekitar katulistiwa, yang berarti beriklim panas.
Dr. Laura Sitanggo, SpU, dari RS PMI – Bogor, mengatakan Indonesia rentan terkena penyakit batu ginjal dan batu saluran kemih.
“Karena cuaca panas, produksi keringat berlebih. Bila asupan cairan kurang maka terjadi dehidrasi. Urin menjadi pekat sehingga terjadi endapan mineral, dan akhirnya terbentuk kristal batu,” katanya dalam webinar apoteker bertema Waspada Nyeri Pinggang Berulang dan Kencing Berdarah, Selasa (22/12/2020).
Hampir sepertiga populasi dunia mengalami batu ginjal, tetapi hanya separuhnya yang bergejala. “Apabila batu itu bergerak dan masuk saluran kemih, maka penderitanya akan merasakan sakit yang hebat,” terang dr. Laura.
Gejala utama berupa nyeri hebat di daerah samping dan belakang pinggang (di bawah tulang rusuk). Bila batu nyangkut di saluran kemih, nyeri menjalar ke perut bagian bawah dan selangkangan.
Rasa sakit berfluktuasi – hilang timbul- karena ada gerakan peristaltik. Nyeri pinggang diikuti dengan nyeri saat buang air kecil. Kadang ada perdarahan saat berkemih (hematuria), ditunjukkan urin berwarna merah, coklat dan keruh.
“Penderita akan mengalami mual dan mutah akibat pergerakan batu. Ada perasaan selalu ingin kencing, sering dan keluar sedikit-sedikit. Ada demam bila sudah terjadi infeksi,” kata dr. Laura.
Mencegah munculnya batu dengan gaya hidup
Terbentuknya batu ginjal bisa dicegah, tetapi bisa juga tidak. Pencegahan batu ginjal berkaitan dengan faktor risiko yang bisa dikendalikan. “Dengan minum air putih 8-10 gelas per hari. Bila urin berwarna kuning pekat atau kecoklatan itu pertanda dehidrasi (kurang cairan),” tegas dr. Laura.
Selain itu berkaitan pula dengan mengatur pola makan. Dr. Laura menjelaskan, terlalu banyak konsumsi protein, sodium (garam) atau oksalat (banyak terdapat di bayam, kacang-kacangan, sereal gandum, bit, dll), sayuran hijau gelap, dan makanan tinggi asam urat berisiko mempercepat terbentuknya batu ginjal.
“Penting pula untuk menjaga berat badan ideal, olahraga teratur dan memperhatikan asupan suplemen kalsium dan vitamin C,” tukasnya.
Sementara perlu dipahami faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan berhubungan dengan usia antara 30-50 tahun pada pria dan >50 tahun untuk wanita, dan memiliki riwayat keluarga dengan batu ginjal (risiko bertambah 20%).
Herbal peluruh batu ginjal
Pada dasarnya penanganan batu ginjal dan batu saluran kemih tergantung dari ukuran dan letak batu, serta faktor komplikasi.
Bila ukuran batu < 5 mm, cukup dengan perbanyak minum air putih (hingga 10 gelas per hari), olahraga dan “Bisa dibantu dengan pengobatan herbal,” imbuh dr. Laura. “Terapi herbal juga berguna sebagai terapi tambahan pascatindakan urologi (ESWL dan endoskopi).”
Herbal yang terbukti membantu menghancurkan batu di ginjal atau saluran kemih antara lain tempuyung, keji beling dan kumis kucing.
Tempuyung (Sonchus arvenis) adalah herbal asli Indonesia. Menurut Ermi Yusnita, SSi, dari PT Indofarma, Tbk (salah satu produsen obat herbal), membantu mengikis endapan batu di ginjal dan saluran kemih.
Penelitian mencatat, flavonoid utama dalam tempuyung adalah apigenin-7-O-glukosida. Flavonoid tersebut mampu menghambat kerja enzim xantin oksidase dan superoksidase, yang berperan sebagai katalisator pembentukan asam urat. Asam urat adalah salah satu bahan pembentuk batu ginjal.
Untuk herbal keji beling (Sericocalyx crispus), “Ekstrak daun keji beling mengandung senyawa kalium yang bersifat diuretik (memancing berkemih) dan membantu melarutkan batu yang terbentuk di ginjal dan saluran kemih,” kata Ermi.
Demikian juga tanaman kumis kucing (Orhthosiphon aristatus) bekerja memicu produksi urin (diuretik alami). Penelitian Muangmun W (1984) yang dilakukan terhadap 23 pasien batu kandung kemih yang diberi ekstrak air daun kumis kucing menunjukkan, 40% pasien mengalami penurunan ukuran batu sebesar 0,5 cm, dan 20% rasa sakitnya hilang.
Untuk memanfaatkan herbal di atas, secara tradisional bentuk rebusan /ramuan sering digunakan. Perlu konsultasi kepada pakar herbal, untuk memperoleh dosis dan kombinasi yang tepat.
Atau untuk lebih praktisnya konsumsi formulasi kombinasi herbal tersebut dalam bentuk kapsul atau larutan siap minum. (jie)