Penyakit radang hati (hepatitis) kronis berkembang diam-diam, tanpa gejala. Tahu-tahu fungsi hati sudah demikian buruk dan tidak bisa lagi bekerja menetralisir racun di dalam tubuh. Nenek moyang kita biasa menggunakan temulawak (Curcuma Xanthorriza) untuk mengobati liver (hati). Manfaat temulawak menjaga hati kini telah dibuktikan secara ilmiah.
Radang hati bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Termasuk di antaranya infeksi virus hepatitis, timbunan lemak di hati (fatty liver), konsumsi alkohol, hingga efek samping beberapa obat. Peradangan akan mengganggu fungsi hati. Liver bisa memulihkan kondisinya sendiri, tapi bila peradangan terjadi berlarut-larut dalam waktu lama (kronis), bisa timbul kerusakan permanen. Hati jadi berbenjol-benjol (fibrosis) bahkan mengalami luka parut dan mengeras (sirosis).
Lantas, bagaimana cara kerja temulawak menjaga hati, sebagai hepatoprotektor? Rahasianya ada pada zat aktif yang disebut curcumin. “Curcumin bersifat sebagai antioksidan, anti peradangan, dan imunomulator,” terang Dr. (Cand) dr. Inggrid Tania, M.Si, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI). Imunomodulator adalah zat yang mampu meregulasi respons imun sehingga kekebalan (imunitas) tubuh meningkat.
Mekanisme kerja antioksidan curcumin dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. I Dewa Nyoman Wibawa, Sp.PD-KGEH. “Curcumin sebagai antioksidan mampu menangkap ion superoksida dan memutus rantai antar ion superoksida (O2-),” terangnya. Selain itu, penelitian menemukan bahwa curcumin mampu meningkatkan kadar enzim antioksidan superoxide dismutase (SOD). “Enzim SOD akan mengubah oksidan O2 menjadi produk yang tidak terlalu toksik,” imbuhnya, dalam siaran pers yang diterima OTC Digest.
Curcumin juga mampu meningkatkan gluthation S-transferase (GST) serta mampu menghambat beberapa faktor peradangan, seperti NF-kB. Dengan ditekannya NF-kB, berkurang pula produksi radikal bebas dari hasil sampingan inflamasi.
Kombinasi curcumin dan piperin
Ada curcumin, ada pula piperin. Piperin adalah senyawa aktif yang ada di lada hitam atau cabai jawa. Seperti curcumin, piperin juga berhasiat sebagai antioksidan dan anti-inflamasi. Menariknya, bila kedua zat ini dikombinasikan akan menimbulkan khasiat yang jauh lebih baik.
Curcumin kadang sulit diserap oleh darah kita. “Dengan ditambahkan piperin, penyerapan curcumin dari saluran cerna ke darah jadi lebih mudah. Berdasarkan uji farmakokinetik dan uji bioavailibilitas, kombinasi curcumin dengan piperin bisa meningkatkan bioavailibilitas curcumin hingga 2000%, yang akan meningkatkan efektivitas dari dari manfaat curcumin,” papar Dr. dr. Inggrid.
Pendapat senada dikemukakan oleh Prof. Wibawa. Menurutnya, piperin mampu meningkatkan konsentrasi serum dan meningkatkan penyerapan curcumin dengan menghambat glukuronidasi di hati dan usus kecil. Hal ini meningkatkan bioavailabilitas curcumin, dan efek temulawak menjaga hati pun jadi lebih baik.
Baik Prof. Wibawa maupun Prof. Inggrid setuju, curcumin bisa digunakan sebagai upaya preventif (pencegahan). “Mengonsumsi curcumin sejak awal lebih baik, karena proses oksidasi bisa dicegah,” ujar Prof. Inggrid. Adapun oksidasi yang telah terjadi, bisa pula diredakan oleh curcumin, dengan khasiatnya yang lain sebagai anti-inflamasi.
Prof. Wibawa menambahkan, tidak perlu menunggu hingga terjadi peradangan pada hati untuk mengonsumsi curcumin. “Terutama pada mereka dengan risiko gangguan hati seperti orang dengan riwayat hepatitis, diabetes mellitus tipe 2, atau pasien kolesterol tinggi, karena konsumsi curcumin bisa menjaga fungsi hati,” tuturnya. Mereka yang sudah mengalami gangguan hati pun perlu mengonsumsi hepatoprotektor, “Untuk memperbaiki fungsi hati dan melindungi sel hati yang masih sehat agar tidak rusak.”
Curcumin bisa dikonsumsi dalam bentuk segar (misalnya rebusan temulawak), bisa pula dalam bentuk ekstrak seperti Curcuma Force. Bentuk ekstrak lebih praktis, dan dosisnya sudah terukur. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Pattern photo created by freepik - www.freepik.com