Saat ini hand sanitizer menjadi barang yang wajib dibawa – seperti ponsel – selama pandemi COVID-19 ini. Tetapi tahukah Anda bila menyimpan hand sanitizer di dalam mobil bisa berbahaya?
Sebagai upaya pencegahan penularan dan penyebaran COVID-19, pemakaian hand sanitizer dianjurkan bila tidak tersedia air mengalir dan sabun. Selain itu karena alasan kepraktisan, orang lebih senang membawa dan memakainya daripada harus mencari sumber air di tempat-tempat umum.
Namun baru-baru ini dalam sebuah postingan foto di laman Facebook milik Cathy Pagendarm memperlihatkan kerusakan satu sisi pintu mobil karena hand sanitizer yang terbakar. Dalam postingan tersebut ia menuliskan: “Tidak tahukah Anda, kalau ‘Tidak Seharusnya’ meninggalkan hand sanitizer di mobil yang (suhunya) bisa mencapai lebih dari 70 derajat!” Foto tersebut dengan cepat menjadi viral dan memicu perdebatan.
Western Lakes Fire District (WLFD) di Oconomowoc, Wisconsin, AS, yang menanggapi postingan tersebut mengatakan, “Sesuai sifatnya, sebagian besar hand sanitizer berbasis alkohol dan karenanya gampang terbakar. Menyimpannya di dalam mobil selama cuaca panas, (membuat) paparan sinar matahari bisa menembus memalui botol.”
“Apalagi bila berada di sebelah bahan yang mudah terbakar, seperti merokok di dalam mobil, bisa menyebabkan bencana.”
Demikian pula diungkapkan dr. Michaela C. Stefan, dari Department of Chemistry and Bioshemistry di The University of Texas at Dallas, AS, temperatur di dalam mobil bisa menjadi sangat panas, alkohol yang terkandung di dalam hand sanitizer akan menguap, menciptakan tekanan dan menyebabkan semacam ledakan (tutup botol yang meledak). “Alkohol di dalam hand sanitizer termasuk benda yang bisa terbakar,” tegasnya dilansir dari CBS news.
Tetapi salah satu sanggahan diungkapkan oleh Angelo Verzoni anggota dari National Fire Protection Association (NFPA). “Untuk bisa memicu kebakaran spontan, tanpa ada sumber api eksternal melainkan karena pemanasan internal, suhu harus mencapai lebih dari 700°F (sekitar 371°C).”
Ia juga menambahkan dibutuhkan hand sanitizer dalam jumlah banyak (5 galon) untuk bisa menimbulkan ancaman kebakaran. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan cairan pembunuh kuman ini memiliki potensi menyebabkan kebakaran yang rendah – namun begitu mereka menerbitkan panduan penyimpanan yang aman.
Efektivitas berkurang dan menyebabkan iritasi
Sementara itu associate professor dari Florida Gold Coast University, dr Greg Boyce memiliki pendapat lain. Meninggalkan cairan pembersih kuman tersebut dalam waktu beberapa hari bahkan minggu di dalam mobil akan mengurangi efektivitasnya untuk membunuh kuman.
Alkohol membutuhkan konsentrasi tertentu agar ia tetap efektif, tambah dr Boyce. “Kita harus menjaga konsentrasinya di atas 60%. Jadi meninggalkannya selama periode waktu yang lama dan pada suhu yang lebih tinggi bahan aktifnya akan menguap.”
Selain menurut dr Boyce, hand sanitizer yang dalam suhu hangat juga berisiko mengiritasi kulit. Dalam panduan pemakaian hand sanitizer yang dikeluarkan WHO disebutkan bila kandungan alkohol di dalamnya berpotensi mengiritasi kulit.
Panduan tersebut menjelaskan: Meskipun alkohol lebih aman daripada diterjen, mereka dapat menyebabkan kulit kering dan iritasi kulit. Efek pelarutan lipid (lemak) dari alkohol berbanding terbalik dengan konsentrasi mereka, dan etanol cenderung kurang mengiritasi daripada n-propanol atau isopropanol.
Intinya, walau menyimpan hand sanitizer di dalam mobil belum tentu bisa menyebabkan kebakaran, tetap lebih baik bila Anda membawanya di dalam tas dan tidak meninggalkan di dalam mobil.
Lebih penting menjaga efektivitas cairan pembunuh kuman. Anda pun bisa memakainya setiap saat membutuhkan sebagai upaya preventif infeksi COVID-19. (jie)