Kasus COVID-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan turun. Malah, tren penambahan pasien positif masih terus naik. "Kalau dilihat trennya tetap naik, namun penambahannya dari dari hari ke hari terlihat fluktuatif," ungkap Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K). Sementara itu, sejak 3 hari lalu bandara Soekarno-Hatta dipadati calon penumpang. Menjelang Idul Fitri, orang pun berbondong-bondong ingin mudik, terlebih semua angkutan umum kini mulai kembali beroperasi. Maka, makin penting lagi untuk menjaga imunitas keluarga saat pandemi di bulan Ramadan.
Pemudik maupun para pekerja dari luar negeri berpotensi menimbulkan gelombang kedua COVID-19, padahal gelombang 1 saja belum selesai. Ini harus diwaspadai. Di Jakarta, angka pasien positif COVID-19 memang mulai mendatar, tapi di daerah lain masih terus merangkak naik. Jangan sampai upaya social distancing yang selama ini kita jalani, ambyar gara-gara ribuan orang mudik ke kampung halaman masing-masing.
Menurut Dr. dr. Erlina, berpuasa sebenarnya tidak banyak berpengaruh terhadap imunitas tubuh karena kita tetap makan dan minum, meski jadwalnya berubah. Upaya pencegahan COVID-19 selama bulan Ramadan tidak berbeda dari hari biasa hingga setelah pandemi. Antara lain dengan social distancing, physical distancing, memakai masker saat keluar rumah, cuci tangan dengan air dan sabun, serta hidup bersih dan sehat. “Selama pandemi, beribadah di tempat umum dibatasi. Memang kita harus lebih menjaga daya tahan tubuh,” tegas Dr. dr. Erlina, dalam siaran pers yang diterima OTC Digest.
Makanan saat sahur maupun buka puasa harus bernutrisi, tak sekadar kenyang dan manis. Nutrisi yang baik akan meningkatkan sistem imun, dan sistem imun adalah “modal” kita untuk melawan virus. Usahakan asupan gizi Anda dan keluarga cukup dan seimbang; makronutrisi maupun mikronutrisi. “Biasanya kita mendapat vitamin dari sayur dan buah. Namun kadang, anak tidak suka makan sayur. Mungkin ada baiknya diberi suplemen,” imbuhnya.
Menjaga imunitas keluarga saat pandemi di bulan Ramadan
“Upaya meningkatkan dan memelihara daya tahan tubuh harus secara holistik. Yakni tidur dan stirahat cukup, makan makanan bergizi seimbang, sebisa mungkin hindari stres, dan cukup minum air putih,” tutur dr. Inggrid Tania, M.Si, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI). Ini adalah keharusan.
Bagaimana dengan suplemen? “Konsumsilah sesuai kebutuhan. Namun tetap harus dibarengi dengan upaya lain yang akan memelihara sistem imun,” ujarnya. Dengan kata lain, mengonsumsi suplemen adalah salah satu cara yang bisa ditempuh untuk menjaga imunitas keluarga saat pandemi, tapi bukan satu-satunya cara.
Salah satu suplemen herbal khas Indonesia yani temulawak. Rimpang ini memiliki zat aktif curcumin yang berkhasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan imunomodulator. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa curcumin juga memiliki sifat sebagai antivirus. Menariknya lagi, curcumin ditemukan mampu mencegah perikatan antara SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dengan sel tubuh kita, sehingga cukup menjanjikan untuk melindungi kita di tengah pandemi ini.
Kita bisa merebus sendiri temulawak untuk mendapatkan curcumin. Namun untuk dosis yang terjamin dan lebih efektif, lebih baik mengonsumsinya dalam bentuk ekstrak. “Untuk mendapatkan ekstrak curcumin 20 mg, diperlukan 7500 mg temulawak segar, sehingga produk Curcuma FCT sangat simple dan nyaman digunakan, tanpa harus repot membuat rebusan,” ungkap Dr. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si, VP Research and Development SOHO Global Health. (nid)