Di tengah wabah COVID-19 yang masih merebak, ada himbauan dari para ahli kesehatan untuk sebisa mungkin tidak pergi ke rumah sakit, kecuali dalam kondisi darurat. Ini berlaku juga bagi orangtua yang akan mengkhitan anaknya. Sebagai alternatif, sunat bisa dilakukan di rumah.
Sunat di rumah secara psikologis memberi lebih banyak manfaat bagi anak. Ia akan lebih nyaman disunat di rumah atau kamarnya sendiri karena lebih kenal dengan lingkungan dan situasinya. Selain itu, pasien juga akan lebih nyaman pascasunat, karena segala kebutuhan telah tersedia.
Dalam kondisi wabah COVID-19 seperti ini, pemerintah telah menghimbau untuk tetap berada di rumah sebagai salah satu cara pencegahan penyebaran virus corona. Pilihan untuk sunat di rumah adalah salah satu cara sunat yang dianggap lebih praktis, pasien tidak harus beranjak ke mana-mana, baik sebelum melakukan tindakan, maupun setelahnya.
Pasien dan keluarga cukup mempersiapkan diri di rumah. Sementara itu, tim medis (dokter dan perawat) akan datang membawa segala persiapan yang diperlukan.
Sangat disarankan orangtua yang akan mengkhitan anaknya untuk berkonsultasi dulu tentang prosedur keselamatan, baik untuk pasien atau tenaga medis yang melakukan sunat.
Tanyakan apakah dokter dan perawat menggunakan perlengkapan APD (alat pelindung diri) sesuai ketentuan medis, sehingga mencegah kemungkinan penularan virus corona.
Metode sunat yang digunakan
Penting juga bagi orangtua untuk menanyakan metode sunat yang akan digunakan. Beberapa rumah sakit atau klinik sunat sudah mengadopsi teknik sunat modern tanpa jarum suntik.
Menurut The American Psychiatric Association, terdapat 10% orang di dunia yang memiliki fobia terhadap jarum suntik. Biasanya, orang yang memiliki fobia tersebut akan menghindari perawatan medis dengan menggunakan jarum suntik.
Berdasarkan penelitian pengalaman nyeri saat disuntik saat anak-anak dapat menimbulkan trauma jarum suntik saat ia dewasa.
Baca : Jangan Lagi Takut Disunat, Sekarang Ada Sunat Tanpa Jarum Suntik
Rumah Sunat dr. Mahdian adalah satu rumah sakit yang menyediakan fasilitas sunat tanpa jarum suntik. Dalam keterangan persnya, walau tanpa disuntik obat anestesi tetap bisa diserap lebih cepat.
Obat dimasukkan ke kulit subkutan dan akan menyebar, diserap secara merata, menghasilkan penyerapan yang lebih cepat. Teknik ini juga mengurangi kontaminasi silang virus dan bakteri.
Metode lainnya adalah menggunakan klem (clamp), yang mamakai alat sekali pakai, sehingga meminimalkan risiko infeksi silang dari berbagai penyakit.
Alat klem ini berupa tabung plastik pelindung glans (kepala) penis sekali pakai. Alat ini menjepit kulup yang akan dipotong. Perdarahan minimal, proses sunat hanya membutuhkan waktu antara 5-10 menit. Kulup yang terpotong ditekan hingga menempel, menggunakan klem. Tidak ada jahitan sehingga mengurangi risiko infeksi atau penyebaran hepatitis. Proses ini mengadopsi teknik pemotongan pusar pada bayi.
Menggunakan teknik klem, setelah sunat pasien bisa kembali beraktivitas seperti biasanya, proses penyembuhan yang cepat dan menjadi metode sunat yang diakui Organisasi KesehatanDunia (WHO). (jie)