Mitos dan fakta atau pro kontra masalah stroke banyak beredar di masyarakat. Ada yang mencoba melakukan hal-hal, yang menurut dokter justru dapat merugikan pasien.
1. Tusuk jari dengan jarum
Ketika ada anggota keluarga terserang stroke, disarankan untuk menusuk jari tangan, jari kaki atau daun telinga dengan jarum. Tindakan ini dinilai mampu memperlancar kembali peredaran darah yang tersumbat. Atau, dilakukan pada bagian-bagian tangan dan/atau kaki yang terasa lumpuh. Bahkan ada yang sampai melukai jari tangan dengan pisau.
Menurut dr. Frandy Susatia, SpS, dari RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, “Tidak ada pengaruh terhadap lancar atau tidaknya aliran darah. Justru berisiko infeksi, bisa ditusuk dengan jarum yang tidak steril.”
2. Mandi air dingin menyebabkan stroke
Mandi air dingin ketika suhu tubuh naik/kepanasan dapat memicu stroke? Secara fisiologis, mandi dengan air panas/hangat akan melebarkan pembuluh darah. Sebaliknya, air dingin menciutkan pembuluh darah.
Menurut dr. Frandy, saat kepanasan darah lebih banyak mengalir ke bawah kulit. “Ketika diguyur air dingin, pembuluh kulit mengecil dan aliran akan balik ke jantung. Ini tidak pasti menyebabkan stroke.”
3. Stroke hanya menyerang orang tua
Serangan stroke hanya menyerang orang tua di atas usia 65 tahun? Faktanya, stroke dapat menyerang semua usia. Pada usia yang lebih muda, stroke biasanya bentuk komplikasi dari kegemukan, diabetes mellitus, hipertensi, perokok dan peminum alkohol berat.
4. Stroke tidak bisa dicegah
Ada anggapan, yang terkena stroke adalah orang yang tertimpa sial dan tidak ada metode untuk mencegahnya. Yang benar, sebagian besar stroke disebabkan pola hidup tidak sehat. Sebanyak 85%, stroke karena sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh plak, yakni tumpukan kolesterol di pembuluh darah.
Hipertensi merupakan penyebab utama stroke perdarahan. Tekanan darah >140/90 mm Hg, artinya jantung harus bekerja lebih keras, agar darah dapat mengalir ke seluruh tubuh. Ini dapat menyebabkan jantung dan pembuluh darah cepat rusak dan meningkatkan risiko stroke 4-6 kali lipat.
Pada penderita diabetes risiko stroke meningkata 2-4 kali, karena terjadi kerusakan pembuluh darah. Semua ini adalah faktor risiko yang bisa dikontrol/diubah.
5. Stroke dapat diobati dengan “cuci” otak
Ada pengobatan alternatif yang menawarkan terapi “cuci” otak, dengan memasukkan obat pelumer ke dalam pembuluh darah otak, sehingga bagian yang mengerak/tersumbat dapat lancar kembali. Dr. Frandy meragukan manfaat terapi ini. Pasalnya, ketika terjadi serangan stroke ada kematian sebagian jaringan otak. Dan, “Tidak mungkin menghidupkan kembali sel otak yang sudah mati.” (jie)