Legundi, tumbuhan ini mungkin terdengar asing di telinga kita. Tanaman ini biasa digunakan sebagai tumbuhan hias, namun siapa sangka ia juga memiliki khasiat obat. Penelitian menyatakan daun Legundi bisa meredakan batuk.
Legundi (Vitex trifolia L.) merupakan pohon semak tinggi sekitar 1-4 meter. Yang paling mencolok dari tanaman ini adalah bunganya. Bertandan dan keluar dari ujung ranting dengan kelopak warna hijau, bergigi 5. Mahkotanya berbentuk tabung yang berwarna biru keunguan. Bunganya tumbuh dalam malai atau kelompok hingga 18 cm panjangnya. Benangsari berjumlah 4.
Sementara daunnya adalah daun majemuk dengan 1-3 anak daun, tersusun beraturan sepanjang batang. Daun legundi berbentuk bundar telur, elips/lonjong. Pada bagian bawah daun berbulu rapat berwarna putih/kelabu.
Tanaman ini memiliki beberapa nama lain, seperti ai tuban (Sulawesi), danuko (Kalimantan), lagundi (Sunda) dan langghundi (Jawa). Salah satu manfaat daun legundi adalah digunakan secara tradisional sebagai obat penyakit TB (tuberkulosis) dan batuk.
Tanaman legundi kaya akan nutrisi. Kandungan gizinya antara lain casticin, artemetin, sitosterol, glukosida, isoorientin dan glukuronid.
Tinggi antioksidan berupa flavonoid, tripenoid dan sterol, terutama di bagian daun dan buah legundi. Bukan itu saja, pada semua bagian tanaman ini mengandung minyak astri yang di dalamnya tersusun dari kamfer, pinen dan sineol terpinylasetat.
Mengobati batuk
Secara tradisional (empiris) legundi termasuk dalam ramuan pereda batuk. Dari pengalaman empiris tersebut studi yang dilakukan oleh Ikram et al. tahun 1987 mendapati legundi yang dicampur rimpang kencur dan kunyit memiliki efek lain, yakni sebagai antipiretik (penurun suhu) sehingga dapat digunakan pada batuk yang disertai demam.
Riset lain yang dilakukan oleh Alam G, Gandjar IG, dkk., menjabarkan legundi terbukti bermanfaat sebagai sebagai pelega tenggorokan. Terdapat aktivitas tracheospasmolytic (mengurangi kejang otot tenggorokan) dengan menghalangi kontraksi trakea (tenggorokan) pada binatang percobaan.
Dengan metode bioassay-guided fractination teridentifikasi senyawa aktifnya, yakni viteosin-A dan viteksikarpin adalah yang bekerja memblok kontraksi trakea. Riset ini dicatat dalam Indonesian Journal of Pharmacy 2003.
Yang tak kalah penting dari daun legundi adalah ia memiliki aktifitas antibakteri. Studi yang ditulis oleh Hernandez et al., 1999 menyatakan ekstrak petroleum eter maupun etanol daun legundi menunjukkan aktivitas penghambat pada bakteri gram positif maupun negatif.
Bagaimana mengolah daun legundi?
Kembali ke metode tradisional. Dulu legundi dimanfaatkan dengan cara merebus 5 gr daun legundi bersama 6 gr kecur dan 5 gr kunyit, dalam 115 ml air selama sekitar 15 menit. Setelah mendidih, saring ramuan dan diminum sekali sehari selama 14 hari.
Selain tersebut, terdapat beberapa metode lain memanfaatkan daun legundi sebagai obat batuk / pelega tenggorokan. Dr. Paulus W. Halim, Med. Chir., yang juga praktisi herbal mengatakan, secara tradisional herbal tidak digunakan dalam bentuk tunggal, digunakan bersamaan herbal lain.
“Ini untuk menawarkan sifat racun dalam salah satu herbal dengan herbal lainnya. Jika herbal dalam bentuk tunggal sifatnya akan seperti obat kimia yang memiliki efek samping,” paparnya.
Atau jika Anda tidak ingin repot, ekstrak daun legundi siap minum sudah dijual di pasaran. (jie)