Bau badan tampak sepele, namun sangat mengganggu. Remaja adalah golongan usia yang kerap bermasalah dengan bau badan. Menjelang dan pada masa pubertas, di ketiak dan sekitar kelamin mulai timbul tanda-tanda seks sekunder, seperti bulu. Berkembang juga kelenjar keringat khusus yakni kelenjar apokrin.
“Keringat yang dihasilkan kelenjar apokrin mengandung protein dan lemak, yang akan dipecah oleh bakteri menjadi bau yang khas,” ujar dr. Grace Tumbeleka, SpKO.
Kelenjar apokrin berfungsi meminyaki bulu atau rambut di badan, dan kelenjar ini dipengaruhi hormon. Makin lebat atau padat dan kasar bulu, makin besar kelenjar apokrin. Pada masa pubertas, sekitar usia 8-14 tahun, bau keringat lebih menyengat, karena bertambahnya kelenjar keringat apokrin di permukaan kulit.
Bau badan terkadang berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi; terutama makanan yang memiliki bau tajam seperti jengkol, petai atau bawang putih.
Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik yang cukup drastis, baik tinggi maupun berat badan. Nafsu makan bertambah, semua ikut berkontribusi dalam menimbulkan bau badan.
Selain aprokin, keringat diproduksi kelenjar ekrin yang tersebar di seluruh permukaan tubuh terbanyak di telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Keringat yang dihasilkan adalah air yang mengandung berbagai macam garam.
Pada dasarnya, keringat bagian dari mekanisme tubuh untuk mendinginkan diri. “Saat bergerak, maka secara alami otot akan berkontraksi dan suhu tubuh meningkat, terlebih jika gerakan memiliki intensitas tinggi. Inilah yang memicu keluarnya keringat,” kata dr. Grace.
Keringat sebenarnya memiliki manfaat lain, seperti membuang racun dalam tubuh, membakar kalori, menurunkan stres, memperlancar sirkulasi darah dan menyehatkan kulit. Untuk mengurangi bau badan, menurut dr. Grace, langkah pertama adalah menjaga kebersihan tubuh agar bakteri tidak leluasa berkembangbiak.
“Deodorant dapat membantu mengurangi bau badan, membuat bakteri tidak berkembang. Ada juga deodorant yang bekerja menghambat pengeluaran keringat,” imbuhnya.
Pakaian yang bisa menyerap keringat, dapat mengurangi bau badan. Bahan pakaian dari katun lebih cocok untuk daerah beriklim tropis, seperti Indonesia. Bahan sintetis seperti nylon dan polyester kurang cocok untuk dikenakan di iklim panas, karena tidak bisa menyerap keringat. (jie)
Ilustrasi: www.freepik.com-Designed by macrovector/Freepik