Mengalami saraf terjepit disarankan segera ke dokter. Untuk membedakan LBP (low back pain/LBP) dan HNP (saraf terjepit), menurut dr. Jimmy, pada orang muda (<45 tahun) biasanya didahului trauma, seperti tabrakan atau terjatuh. Sedangkan pada yang berusia >45 tahun, bisa karena penyakit seperti reumatik.
“Atau kalau kita mendapat serangan nyeri tiba-tiba. Misal nyeri punggung disertai kelemahan (bagian tubuh tertentu) yang progres (makin melemah). Lebih-lebih ada gangguan berkemih. Ini jangan-jangan tulangnya ada yang patah, maka perlu penanganan serius,” ujarnya.
Juga kalau tiba-tiba nyeri punggung disertai demam. Orang tua yang osteoporosis, karena salah posisi .Nyeri punggung kronis (>3 bulan), yang disertai penurunan berat badan, bisa karena infeksi penyakit tertentu.
Dekompresi spinal
Terapi saraf terjepit (hernia nucleus pulposus/HNP) bisa dengan dekompresi tulang belakang (spinal). Ini terapi tanpa operasi, menggunakan alat khusus untuk mengurangi tekanan intra-diskal, yakni tekanan antara ruas tulang belakang dengan bantalan tulang belakang (diskus) pada daerah punggung bawah (lumbal) dan lehel (servikal).
Alat akan menarik/merenggangkan tulang belakang, sehingga menurunkan tekanan intra-diskal tanpa menyebabkan refleks spasm (penegangan) otot. Dengan kemajuan teknologi kedokteran, kekuatan tarikan dilakukan dengan komputerisasi sehingga dapat memberi hasil yang konstan dan terukur.
Tarikan juga memberi efek vakum (menyedot) pada diskus. Sehingga, material yang sudah ke luar terlepas dari diskus, atau tonjolan diskus yang menyebabkan saraf terjepit kembali masuk. “Dengan alat ini, kita bisa mengatur sudut tarikan dan menarik hanya pada tulang belakang yang bermasalah. Misalnya hanya pada pinggang bawah atau bagian leher saja,” papar dr. Arif Soermarjono, SpKFR, FACSM, ahli Rehabilitasi Muskuloskeletal Klinik Flex Free.
Penarikan memungkinkan terjadinya proses regenerasi dan nutrisi pada bantalan tulang belakang. Aliran darah yang kembali normal dalam diskus, membuat suplai oksigen dan nutrisi optimal. Juga mengembalikan kelembaban di diskus.
Terapi dekompresi perlu dilakukan beberapa kali; setidaknya 20 kali untuk mengembalikan posisi tulang belakang ke normal. Mereka yang sedang mengalami infeksi akut tulang belakang, osteoporosis berat, ibu hamil, kerusakan saraf berat atau mereka yang memasang metal/sekrup/alat lain pada tulang belakang, tidak disarankan melakukan terapi dekompresi spinal.
Ada alternatif lain, terapi Minimally Invasive Spine Surgery and Treatment (MISS). Yakni teknik terapi non pembedahan pada saraf/tulang belakang dengan prinsip invasif minimal, menggunakan alat bantu mikroskop bedah, teropong bedah (endoskopi), dan alat-alat lain. Teknik ini terdiri 2 jenis, yaitu dengan operasi minimal invasi dan non operasi dengan pain management (penanganan nyeri saraf tulang belakang tanpa pembedahan). Keuntungan terapi ini, luka sayatan kecil saja, bisa hanya berupa tusukan jarum. Kerusakan jaringan tubuh lebih sedikit, rasa sakit lebih ringan dan masa penyembuhan lebih cepat.
Prosedur ini meminimalkan risiko kecacatan dan kelumpuhan, baik akibat penyakitnya atau tindakan operasi (seperti pada operasi besar/konvensional). (jie)
Ilustrasi: www.freepik.com-Designed by Freepik