Penelitian pada kismis menunjukkan, kandungan antioksidannya mampu menghambat penyerapan kolesterol di usus besar. Serat kismis di usus besar, diubah menjadi asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid/SCFA), yang membantu menurunkan kolesterol. “Saat usus besar merasakan terbentuknya asam lemak, usus besar mengirim pesan ke hati untuk menghentikan pembuatan kolesterol,” papar Camire. Di sisi lain, serat mengikat kolesterol dalam darah untuk kemudian membuangnya bersama feses.
Mekanisme lain serat dan asam tartaric dalam kismis, bekerja sama mempercepat pencernaan makanan dan pembuangan, serta mengurangi asam empedu. Pengikatan asam empedu oleh serat merupakan mekanisme alami, yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol darah.
Asam empedu adalah hasil akhir dari proses metabolisme kolesterol. Dengan banyaknya asam empedu yang terbuang, makin banyak pula kolesterol yang akan terurai untuk pembentukan kembali asam empedu. Penelitian Carl L. Keen dari Universitas California-Davis, AS, menunjukkan, konsumsi kismis setiap hari selama 4 minggu dapat meningkatkan kapasitas antioksidan plasma, yang pada gilirannya menurunkan laju oksidasi LDL (kolesterol jahat).
Dalam penelitian lain, Gene A. Spiller dari Health Research and Studies Center, Los Altos, California, menunjukkan konsumsi satu cangkir kismis setiap hari dapat meningkatkan keasaman kolon (usus besar), dan menurunkan waktu transit sisa makanan dari kolon. Ini penting untuk mengurangi kesempatan kontak antara senyawa beracun dengan dinding kolon, sehingga efektif mencegah kanker kolon.
Sahabat gigi dan tulang
Kismis juga bermanfaat untuk kesehatan mulut dan gigi. Berasa manis dan lengket, kismis memiliki senyawa pelawan bakteri gigi. Kandungan antioksidannya, yakni asam oleanolic, mampu menghambat pertumbuhan dua spesies bakteri di mulut; Streptococcus mutans penyebab timbulnya plak dan kerusakan gigi, serta Porphyromonas gingivalis, penyebab radang gusi. Senyawa ini efektif melawan bakteri pada konsentrasi 200 - 1.000 mikrogram per mililiter.
Berbagai studi memaparkan, pilifenol dalam kismis memiliki efektivitas baik, dalam melindungi tulang dari paparan radikal bebas. Lebih dari selusin studi menyatakan, konsumsi makanan yang kaya polifenol dapat menjaga kekuatan tulang saat terpapar radikal bebas.
Lemak trans adalah jenis radikal bebas yang bisa menyusutkan atau merenggangkan molekul penyusun tulang. Konsumsi lemak trans yang berlebihan dapat membuat tulang keropos dini. Hal ini dapat dicegah jika tubuh memiliki kapasitas antioksidan, yang mampu mereduksi radikal bebas lemak. Antioksidan tersebut salah satunya adalah fenol dari kismis.
Penguat tulang lain dalam kismis adalah boron. Unsur mikro ini memiliki dampak positif memperkuat tulang. Keberadaannya perlu untuk mengonfersi estrogen dan vitamin D menjadi bentuk aktif. Mekanisme ini sangat bermanfaat bagi wanita yang memasuki masa menopause, di mana terjadi penurunan produksi kadar estrogen yang berdampak pada penurunan kekuatan tulang. (jie)