Hepatitis A, B dan C disebabkan oleh virus yang berbeda. Huruf kapital setelah ‘hepatitis’, menunjukkan nama virusnya. Jadi hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A, hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B, dan hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. “Ini tidak menunjukkan tingkat keparahan hepatitis,” terang Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K).
Anggapan bahwa bila seseorang sudah kena hepatitis A, maka bisa berkembang menjadi lebih parah yakni hepatitis B lalu berlanjut menjadi C, tidak tepat. Yang betul, hepatitis A relatif ‘jinak’ jika dibandingkan dengan hepatitis B dan C. “Dan, bisa saja terjadi infeksi sekunder. Selain terinfeksi hepatitis A, yang bersangkutan juga terinfeksi hepatitis B dan/atau C,” lanjut Prof. Hanifah.
Infeksi hepatitis A terjadi melalui konsumsi air/makanan yang terkontaminasi. Adapun hepatitis B dan C ditularkan melalui darah dan cairan tubuh. Hepatitis A jarang menimbulkan masalah berat atau kematian. Umumnya penderita bisa sembuh sepenuhnya, tanpa efek jangka panjang.
Yang perlu dikhawatirkan adalah hepatitis B dan C. Utamanya hepatitis B, karena angka kejadiannya jauh lebih tinggi ketimbang hepatitis C. Bila terjadi infeksi kronis akibat hepatitis B atau C, hati (liver) akan meradang. Ini bisa berlanjut menjadi sirosis (hati berbenjol-benjol dan timbul jaringan parut), yang akhirnya berujung pada kanker hati. Seperti hepatitis pada umumnya, gejala yang muncul akibat infeksi hepatitis B/C antara lain kulit dan mata kuning, nyeri di bagian perut bagian kanan di bawah tulang iga, mual/muntah, kelelahan dan tinja pucat.
Namun pada hepatitis B/C kronis, sering tidak muncul gejala. Perjalanan penyakit sangat lambat, bisa sampai puluhan tahun. Virus atau reaksi tubuh terhadap virus diam-diam merusak hati, tanpa ada tanda dan gejala yang berarti. Tes darah (SGOT/SGPT) pun umumnya normal atau sedikit di atas normal. Tidak heran, 80% orang yang terinfeksi virus hepatitis B tidak sadar bahwa virus tersebut sudah bersarang di tubuhnya. Hingga suatu saat tiba-tiba hilang kesadaran, perut membuncit akibat penumpukan cairan di rongga perut (asites), dan terjadi perdarahan.
Kabar baiknya, 9 dari 10 orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B, sembuh. Hanya satu yang akan berkembang menjadi kronis. Namun pada bayi, kondisinya terbalik. “Dari 10 bayi yang terinfeksi, 9 di antaranya berkembang menjadi kronis,” tegas Prof. Hanifah. Tentu, kita tidak ingin anak-anak kelak menderita penyakit mematikan ini. Pengobatannya mahal dan membutuhkan waktu yang panjang/lama. Terlebih lagi pada anak, hasilnya jauh dari memuaskan. “Dari HBsAg positif menjadi negatif, keberhasilannya cuma 30-40%,” kata imbuhnya.
Upaya pencegahan harus dilakukan. Imunisasi dengan vaksin hepatitis B segera setelah bayi lahir, adalah cara paling efektif melindungi buah hati kita dari ancaman penyakit ini. Hepatitis A juga bisa dicegah dengan vaksinasi, yang bisa mulai diberikan pada usia 2 tahun. Untuk hepatitis C, sayang sekali hingga kini belum ada vaksinnya. (nid)