Linda tampak kuyu saat datang ke kantor pagi itu. Lingkaran hitam di bawah matanya tampak nyata. Gara-gara masalah ini karyawan swasta berusia 29 tahun ini sempat “disidang” pimpinannya.
“Saya perhatikan beberapa hari ini kamu tidak semangat kerja, ada masalah?” tanya sang bos.
“Iya pak, dua hari ini saya kurang tidur. Jaga anak, ia demam dan muntah-muntah. Saya disarankan dokter buat jaga minum anak supaya tidak dehidrasi. Jadinya dua malam ini saya paling hanya bisa tidur 3 jam,” papar Linda.
“Sekarang giliran badan saya yang meriang.”
“Oke, kalau saya sih biasanya kalau meriang langsung beli jamu pegel linu. Tapi, kalau untuk kamu saya sarankan minum suplemen vitamin C, itu membantu banget,” papar sang pimpinan.
Apa yang dialami Linda banyak terjadi di kota-kota besar. Ibu memang dituntut berperan dobel, manjaga anak/keluarga, sekaligus bekerja. Suplemen menjadi pilihan cerdas dalam keadaan “mendesak” untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Yang paling kerap diunggulkan adalah vitamin C. Tapi sebenarnya vitamin C tidak bisa bekerja sendirian. Sistem imun adalah hal yang kompleks, seperti untuk membuat gado-gado enak membutuhkan banyak campuran bahan dan bumbu.
Vitamin B
Harvard Health Publications melansir setidaknya dibutuhkan beberapa vitamin dan mikronutrien untuk membuat imun bekerja optimal. Di antaranya adalah vitamin B2, di mana studi menunjukkan mampu meningkatkan resistensi tubuh pada bakteri patogen penyebab infeksi pada tikus.
Studi lain memaparkan kekurangan vitamin B6 dapat menurunkan beberapa aspek respon imun, seperti kemempuan sel limfosit untuk menjadi matang dan “berubah bentuk” menjadi sel B dan sel T.
Sel B berfungsi membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. Kemudian menghasilkan antibodi khusus pada patogen tersebut/ menciptakan sistem ‘memori’. Sementara sel T mengoordinir ketahanan tubuh pada inveksi dan membunuh sel yang terinveksi virus.
Vitamin E
Vitamin E menjadi salah satu faktor penting. Dalam riset yang melibatkan subyek berusia di atas 65 tahun menunjukkan bahwa peningkatan asupan vitamin E harian dari 30mg (jumlah yang disarankan) menjadi 200mg mampu meningkatkan respon antibodi pada infeksi virus hepatitis B dan tetanus.
Vitamin C
Vitamin C salah satu peranannya menurut penelitian Wintergerst ES, Maggini S, dkk., mampu meningkatkan kemampuan/aktivitas sel NK (natural killer), sel yang bertugas membunuh sel lain yang tidak menunjukkan sinyal bahwa ia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Zinc
Sementara itu, mikronutrien yang bertanggungjawab pada kuat/tidaknya imun tubuh salah satunya zinc / seng.
Penelitian yang dilakukan oleh Maggini S, dkk., tersebut menyimpulkan defisiensi zinc dapat merusak sel yang berperan dalam fungsi imunitas seperti fagositosis dan aktivitas sel NK. Penelitian tersebut dimuat dalam jurnal Annals of Nutrition and Metabolism 2006. (jie)