Selama ini kita hanya tahu bahwa timbunan lemak bisa memicu berbagai penyakit. Itu adalah lemak putih, tetapi tidak dengan lemak coklat. Lemak coklat mampu meningkatkan pembakaran tubuh.
Terdapat dua jenis lemak di dalam tubuh; putih dan coklat. Jika lemak putih menyimpan kalori, lemak coklat membakar energi dan akan membantu kita mengurangi berat badan.
Pada mereka yang kegemukan atau mengalami obesitas, timbunan lemak putih yang sangat banyak membuatnya kehilangan fungsi utamanya, sebagai cadangan energi. Akhirnya meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, bahkan jantung dan stroke.
Lemak coklat (brown adipose tissue / BAT) secara alamiah banyak terdapat pada bayi, atau hewan yang berhibernasi. Fungsinya untuk menghasilkan panas tubuh untuk bertahan hidup / melawan suhu dingin; saat mengalami berhibernasi. Lemak coklat terdapat di sekitar leher belakang dan punggung.
Baca juga : Tubuh Langsing dengan Lemak Coklat
Baik lemak putih atau coklat terdiri dari sel-sel lamak (adipose), tetapi dalam lemak coklat lebih banyak mengandung pembuluh darah dan mitokondria (tempat berlangsungnya pembakaran energi dalam sel). Lemak coklat akan mengonsumsi lebih banyak oksigen dan menstimulasi pembakaran sel lemak untuk menghasilkan panas.
Namun setelah bayi bertambah umur, secara alamiah jumlah lemak coklat dalam tubuh semakin sedikit. Sehingga mengubah cadangan lemak putih menjadi lemak coklat bisa menjadi alternatif cara menurunkan berat badan.
“Lemak putih dapat diubah menjadi lemak coklat. Caranya dengan melakukan latihan interval (high-intensity interval training). Menerapkan latihan interval akan menghemat waktu tetapi memberikan hasil yang lebih baik,” papar dr. Michael Triangto, SpKO, dari Slim+Health Sports Therapy di RS Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta.
Baca juga : Langsing Lebih Cepat dengan HIIT
Prinsip latihan interval / HIIT adalah mengombinasikan antara olahraga ringan dan berat, dilakukan dalam waktu singkat, dengan beberapa kali repetisi. Misalnya, jalan santai 5 menit, disambung lari 3 menit, diulang beberapa kali.
Namun yang perlu diingat, saat melakukan HIIT selalu disesuaikan dengan kemampuan tubuh. “Katakanlah seseorang memiliki berat 100 kg, untuk berjalan (biasa) atau berdiri dengan satu kaki saja sudah susah. Maka jalan terburu-buru seperti saat akan buang air kecil itu sudah merupakan latihan berat.
“Seiring berjalannya waktu tubuh bisa beradaptasi (intensitas latihan bisa dinaikan). Contohnya jika dulu naik jembatan penyebrangan sudah ngos-ngosan sekarang tidak. Sehingga intensitas latihan harus selalu disesuaikan,” pungkas dr. Michael. (jie)
Baca juga : Tips Olahraga BTT Bagi Pemula