Pertambahan usia diiringi dengan menurunnya fungsi organ-organ tubuh. Tak terkecuali otak. Di usia lanjut, sebagian orang dapat mengalami kepikunan atau dimensia. Di Indonesia, diperkirakan ada +1 juta penderita dimensia. Pada 2050, diprediksi jumlah penyandang dimensia di Indonesia akan meledak jadi +3 juta orang, atau sekitar 3,5% dari total penduduk.
Kepikunan dapat terjadi karena sel-sel otak mulai mati, sehingga otak sedikit menyusut. Namun ternyata, otak memiliki ‘cadangan kognitif’. Ini adalah kemampuan otak untuk mengimbangi fungsi otak yang hilang.
Sebuah proyek penelitian di USC (University of Santiago de Compostela), Spanyol, menemukan bahwa memiliki kosakata yang luas, memengaruhi cadangan kognitif pada orang lanjut usia (lansia). Kosakata dianggap sebagai kecerdasan yang ‘mengkristal’, yakni penggunaan kemampuan intelektual yang telah diperoleh sebelumnya.
Penelitian melibatkan 326 berusia >50 tahun, dengan rincian 222 orang individu sehat dan 104 orang sengan gangguan kognitif ringan. Tingkat kosakata mereka diukur, beserta ukuran lain seperti lama bersekolah, kerumitan pekerjaan dan kebiasaan membaca. Juga dianalisis nilai yang didapat dari berbagai tes, misalnya subtes kosakata dengan Wechsler Adult Intelligence Scale dan Peabody Picture Vocabulary Test.
Menggunakan analisa kemunduran (regresi), dihitung kemungkinan perburukan mutu kosakata partisipan. Hasilnya memperlihatkan, perburukan kognitif ringan lebih banyak terjadi pada mereka yang mendapat skor mutu kosakata yang lebih rendah. Disimpulkan bahwa mutu kosakata yang lebih baik dapat melindungi dari perburukan kognitif. Memperkaya kosakata yakni bisa ditempuh dengan cara banyak membaca dan menulis. (nid)