Susan Luckman, University of South Australia
Pada suatu waktu ketika banyak dari kita merasa sangat kewalahan dengan tuntutan terus menerus selama 24 jam dari dunia digital, membuat kerajinan tangan, di samping kegiatan lain seperti mewarnai untuk orang dewasa dan meningkatkan minat dalam memasak dari nol dan berkebun di rumah, dianggap sebagai anti stres dan tekanan kehidupan modern saat ini.
Kerajinan tangan seperti, merajut, menggunting, membuat sulam, membuat keramik, menjahit dan memahat berpusat pada tindakan berulang dan tingkat keahlian yang dapat selalu ditingkatkan. Kata ahli psikologi terkenal Mihaly Csikszentmihalyi, membuat kerajinan tangan memungkinkan kita untuk masuk pada keadaan “mengalir”, yaitu sebuah kondisi keseimbangan yang sempurna antara keterampilan dan tantangan.
Dengan apa yang saat ini seringkali disebut sebagai “Kesadaran Penuh”, sebagai sesuatu yang telah menjadi kualitas hidup diinginkan bagi banyak orang, maka tidak mengherankan kerajinan tangan sedang dicari karena manfaatnya bagi mental dan bahkan fisik seseorang.
Baca juga: Gerakan masyarakat sipil mendorong pengendalian rokok di Indonesia lemah, mengapa?
Kerajinan tangan sebagai terapi
Lebih dari seabad, seni dan dan aktivitas kerajinan adalah bagian inti dari terapi okupasi yang muncul sebagai bidang kesehatan yang berbeda pada akhir perang dunia pertama untuk menanggapi kebutuhan para prajurit selepas perang. Terapi ini juga ditujukan kepada banyak penderita gangguan stres pasca trauma, tetapi kemudian disebut sebagai shell shock.
Merajut, menganyam keranjang, dan aktivitas kerajinan tangan lainnya merupakan hal yang biasa dilakukan dalam memberikan dukungan pemulihan mental, yang banyak ditawarkan oleh negara - negara berbahasa Inggris kepada para veteran perang dunia yang baru kembali dari perang. Pendekatan ini telah digunakan sebagai terapi pengalihan (mengalihkan pikiran Anda dari rasa sakit dan pikiran negatif), serta meningkatkan keterampilan yang diarahkan agar para veteran tersebut dapat kembali bekerja sebagai tenaga kerja sipil.
Baca juga: WHO tetapkan kecanduan game sebagai gangguan mental, bagaimana "gamer" Indonesia bisa sembuh?
Baru - baru ini, penelitian berusaha untuk lebih memahami bagaimana kerajinan sangat bermanfaat bagi tubuh dan pikiran. Yang menarik, sebagian besar fokus penelitian ini adalah pada kesehatan mental dan tubuh yang dihasilkan dari kegiatan merajut.
Manfaat membuat kerajinan tangan menurut sains
Sebuah survei online Internasional berskala besar tentang perajut menemukan jika para respondennya memperoleh berbagai manfaat psikologis yang dirasakan dari praktik tersebut yakni: relaksasi; terbebas dari stress; rasa pencapaian; terhubung dengan tradisi; meningkatnya kebahagiaan; mengurangi kecemasan; meningkatkan kepercayaan diri; serta kemampuan kognitif (meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan untuk mengatasi masalah).
Dalam konteks yang lebih klinis, memperkenalkan kegiatan merajut kepada pasien anoreksia di rumah sakit telah menyebabkan berkurangnya rasa cemas yang mengakibatkan gangguan makan.
Sekitar 74% dari peserta penelitian menggambarkan perasaan “terdistraksi” atau “terhindarkan” dari keadaan emosi dan kognitif yang negatif ini, seperti perasaan lebih rileks dan nyaman. Lebih dari setengah peserta mengatakan mereka merasakan stres yang lebih sedikit, rasa pencapaian, dan lebih jarang untuk bertindak sesuai dengan “pikiran yang menganggu” mereka.
Dalam penelitian lain, merajut telah dibuktikan dapat mengurangi stres di tempat kerja dan kepenatan yang dialami oleh para perawat pasien kanker.
Quilting telah terbukti dapat meningkatkan rasa nyaman pesertanya saat mereka memasuki usia yang lebih tua. Laporan penelitian terhadap para quilters menemukan bahwa pekerjaan quilting adalah sesuatu yang menantang, menuntut secara kognitif, membantu memelihara atau menghasilkan keterampilan baru, dan bekerja dengan warna telah ditemukan dapat membangkitkan semangat, terutama di musim dingin.
Dalam penelitian terhadap orang - orang dengan sindrom kekelahan yang kronis (CFS/ME), depresi, dan permasalahan kesehatan jangka panjang lainnya, kerajinan tangan dengan tekstil telah terbukti dapat meningkatkan kepercayaan diri para penderita penyakit tersebut, keterlibatan mereka dengan dunia yang lebih luas, dan kemampuan mereka untuk hidup secara positif dengan kondisi mereka sekarang.
Ketika merajut dan aktivitas tekstil lainnya cenderung di dominasi oleh perempuan, manfaat serupa juga ditemukan pada laki - laki dalam kegiatan memahat, memperbaiki dan kegiatan dan kegiatan produktif lainnya dari gerakan “Men’s Shed”.Peserta melaporkan berkurangnya tingkat depresi.
Mengapa kerajinan tangan membuat kita merasa baik?
Apa yang menyatukan hampir semua studi ini, adalah ketika membuat kerajinan tangan, khususnya seperti merajut, quilting, menjahit, dan memahat, Mungkin awalnya tampak sebagai kegiatan yang relatif pribadi, namun manfaatnya justru muncul secara kuat dari koneksi sosial yang melakukan kerajinan tangan.
Dampak positif ini bahkan telah dilaporkan di seluruh komunitas yang terkena dampak bencana, seperti pemulihan setelah gempa Christchurch tahun 2011.
Fungsi praktik kerajinan tangan sebagai kontributor untuk menimbulkan perasaan seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan salah kekuatannya adalah praktik kerajinan tangan dapat dilakukan sendiri maupun kolektif, dan kebebasan setiap individu untuk menentukannya.
Untuk mereka yang pemalu, yang sakit, atau mereka yang menderita berbagai bentuk kecemasan sosial, kontrol ini, ketika mereka yang tidak nyaman dan bisa menarik diri dan sebaliknya menyalurkan ini ke dalam proses pembuatan kerajinan tangan, ini adalah hal yang sangat bernilai dari praktik kerajinan tangan mereka.
Penelitian mengenai manfaat kerajinan tangan terhadap kesehatan fisik dan mental sebagian besar masih kualitatif dan berdasarkan pengakuan diri. Dan ini secara khusus mengeksplorasi kapasitas penelitian ini untuk menghasilkan hasil kesehatan yang positif melalui kesehatan mental yang positif. Meski pun terdapat banyak penelitian yang masih harus dilakukan, sudah jelas kerajinan tangan akan terus memainkan peran kunci dalam meningkatkan kualitas hidup mereka yang melakukannya.
Baca juga: Mengatasi depresi dengan terapi aktivasi perilaku
Susan Luckman, Professor of Cultural Studies, University of South Australia
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
___________________________________
Ilustrasi: StockSnap / Pixabay.com