Sekelompok laki-laki duduk bersila. Salah seorang menuangkan cairan berwarna kehitaman dari dalam bejana besar tanah liat, lalu mengedarkan cairan tersebut sehingga setiap orang meminumnya. Kebiasaan ini kerap dilakukan para sufi di Yaman pada abad 15. Cairan itu memberikan energi, membuat mereka terjaga sepanjang malam untuk melakukan ritual zikir.
Cairan kehitaman tersebut memiliki rasa pahit-asam yang khas, dan aroma harum yang ‘memabukkan’. Ya, kopi. Melalui perjalanan panjang, dari Yaman kopi akhirnya dikenal di seluruh dunia. Di Indonesia, minum kopi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Awalnya merupakan bagian dari ritual keagamaan, kini kopi menjelma sebagai teman ngobrol. Bisa diolah menjadi minuman panas atau dingin; ditambahkan krim, gula, atau tanpa tambahan apa pun. Bisa diminum pagi hari, siang, sore atau malam. Khususnya di Indonesia, kopi bisa diseruput di warung kopi pinggiran jalan hingga kafe mewah.
Efek kopi terhadap kesehatan, masih pro-kontra. Sebagian penelitian menunjukkan efek positif, lainnya menunjukkan sebaliknya. Menurut Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS, Guru Besar Institut Pertanian bogor (IPB), hal itu mungkin disebabkan dosis kafein yang berbeda, serta pengaruh dari orang yang mengonsumsi, “Apakah termasuk orang yang sensitif atau tidak.”
Dulu, kopi dianggap dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Ada benarnya, tapi tidak bisa dilihat secara sempit. Benar, kafein dapat memblokir reseptor adenosin (neurotransmitter yang menenangkan) sehingga bersifat stimulan; meningkatkan kewaspadaan (alertness), meningkatkan konsentrasi dan melebarkan saluran udara di paru-paru. Secara umum, efek ini menguntungkan, karena bisa membantu meningkatkan semangat dan performa kerja. “Tapi bagi orang yang sensitif, dapat membuat jantung berdebar karena tekanan darah meningkat, dan sulit tidur,” terang Prof. Deddy. Sensitivitas tiap orang terhadap kafein berbeda-beda. Sebagian orang mudah mengurai kafein dan membuangnya melalui urin, tapi sulit bagi sebagian yang lain.
Alasan lain yang membuat kopi dikambinghitamkan sebagai pemicu penyakit jantung, yakni kebiasaan yang sering dilakukan peminum kopi; peminum kopi berat umumnya lekat dengan kebiasaan merokok, duduk berjam-jam sehingga kurang gerak, dan tidur larut malam. Faktor-faktor inilah yang sebenarnya meningkatkan risiko terhadap penyakit jantung, tapi terabaikan pada penelitian-penelitian terdahulu.
Kopi, jantung, pembuluh darah
Berbagai penelitian yang menghubungkan kopi dengan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, hasilnya lemah dan tidak konsisten. Banyak penelitian yang menunjukkan hal sebaliknya. Studi meta analisis oleh E. Motofsky, dkk (2012), menganalisa berbagai studi tentang kopi dan dan risiko gagal jantung, dari Januari 1966-Desember 2011. Hasilnya, kopi justru memberi efek positif terhadap kesehatan jantung. Efek ini terutama terlihat pada konsumsi 4 porsi/hari dibandingkan tanpa konsumsi (kopi). Dan pada konsumsi yang lebih banyak, ada kemungkinan peningkatan risiko terhadap kesehatan jantung.
Sebuah studi yang melibatkan 130.000 anggota asuransi kesehatan di Amerika Serikat, Kaiser Permanente melaporkan, orang yang minum 1-3 cangkir kopi/hari memiliki kemungkinan 20% lebih rendah dirawat di rumah sakit (RS) akibat denyut jantung yang tidak teratur (aritmia), dibanding mereka yang tidak minum kopi, tanpa mempertimbangkan faktor risiko lain.
Studi jangka panjang Nurses’ Health Study terhadap 83.700 perawat, menunjukkan penurunan risiko stroke 20% pada perempuan yang minum 2 cangkir kopi atau lebih/hari, dibandingkan mereka yang minum kopi lebih sedikit atau tidak minum kopi. Berbagai penelitian lain menunjukkan, kopi mengurangi risiko dimensia, penyakit Alzheimer dan Parkinson.
Penelitian yang dipublikasi ISIC (Institute for Scientific Information on Coffee) tahun 2012 menyebutkan, 3-4 cangkir kopi/hari dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 hingga 25%, dibandingkan tanpa minum kopi atau <1 cangkir/hari. Studi lain menemukan, tiap tambahan secangkir kopi menurunkan risiko tersebut 7-8%.
Berbagai teori mencoba menjelaskan kemungkinan efek positif kopi terhadap diabetes tipe 2. Salah satunya, kafein dalam kopi menstimulasi metabolisme dan meningkatkan pengeluaran energi. Berbagai komponen dalam kopi, ditengarai mempengaruhi keseimbangan gula darah dalam tubuh, dan dapat memperbaiki sensitivitas insulin. Yang jadi masalah, bila kopi ditambah dengan gula, krim, dan lain-lain.
Sumber antioksidan
Banyak zat aktif terkandung dalam kopi. Salah satunya polifenol, yang bekerja sebagai antioksidan. Salah satu zat penting dalam kopi yakni methylpyridinium, bersifat antikarsinogenik (anti kanker). Penelitian di Jerman menunjukkan, methylpyridinium dapat mencegah kanker kolon. Yang menarik, zat ini tidak ditemukan dalam jumlah yang banyak pada sumber makanan lain, dan terbentuk di kopi melalui proses pemanggangan.
Komponen antioksidan lain dalam kopi antara lain kafein, asam kafeat, asam klorogenat, eugenol dan tannic acid. Penelitian yang dilakukan University of British Columbia, Kanada, dan dipublikasi di jurnal ilmiah Food Research International (2011) menunjukkan, 90% asam klorogenat dalam biji kopi segar (green coffee), rusak akibat pemanggangan. Namun penelitian ini menemukan, proses pemanggangan menciptakan antioksidan baru yang poten, yang disebut maillard reaction products (MRP).
Penelitian lain oleh Kraft Food (2009) menunjukkan, proses pemanggangan membuat sebagian asam klorogenat dalam biji kopi segar, berubah menjadi lakton asam klorogenat dan meningkatkan kandungan antioksidan lipophilic dalam kopi. Kedua zat ini ditengarai dapat melindungi sel-sel saraf dari kerusakan akibat stres oksidatif, yang disebabkan oleh radikal bebas.
Antikanker
Sebuah penelitian di Swedia dan dipublikasi di jurnal Breast Cancer Research menunjukkan, konsumsi kopi menurunkan risiko kanker payudara dengan ER (antiestrogen-resistant estrogen receptor) negatif. Ada pun penelitian jangka panjang (26 tahun) yang melibatkan 67.470 perempuan menunjukkan, konsumsi kopi lebih dari 4 gelas/hari berhubungan dengan 25% penurunan kanker endometriosis. Hal serupa terlihat pada konsumsi kopi dekaf (rendah kafein); risiko turun 22%. Edward Giovannucci, MD., Sc.D dari Harvard School of Public Health menyatakan, “Kopi merupakan pelindung dari kanker yang berhubungan dengan obesitas, estrogen dan insulin.”
Kaum Adam juga mendapat perlindungan dari kopi. Penelitian oleh Harvard School of Public Health menunjukkan, laki-laki yang teratur minum kopi tampak memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker prostat ganas. (nid)
Bersambung ke: Kopi Tubruk Sampai "White Coffee"
________________________________________________
Ilustrasi: Pixabay.com