Tidak ada lagi alasan untuk absen makan sumber serat pangan, khususnya bagi penyandang diabetes mellitus tipe 2 (DM2). Ini kesimpulan yang bisa kita tangkap dari studi yang dilakukan oleh Liping Zhao dan para koleganya di Universitas Shanghai Jiao Tong (Tiongkok) dan Universitas Rutger (Amerika Serikat).
Penelitian yang berbasis di Tiongkok ini dilakukan selama enam tahun. Pasien DM2 yang mengikuti penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok control menerima edukasi pasien standard an rekomendasi pola makan. Sedangkan kelompok perlakuan diberi sejumlah besar serat pangan, di samping pola makan yang serupa dengan kelompok kontrol, untuk energi dan makronutrisi. Kedua kelompok mengonsumsi obat acarbose untuk membantu mengendalikan gula darah.
Serat pangan tinggi yang dikonsumsi kelompok perlakuan mencakup biji-bijian utuh, makanan tradisional Tiongkok yang kaya akan serat pangan dan prebiotik, yang mendorong pertumbuhan bakteri usus penghasil asam lemak rantai pendek.
Setelah 12 minggu, kelompok yang mendapat diet tinggi serat mengalami penurunan rerata gula darah tiga bulan yang lebih besar. Kadar gula darah puasa mereka juga turun lebih cepat, dan bobot tubuh mereka pun berkurang lebih banyak.
Dari 141 bakteri usus penghasil asam lemak rantai pendek yang diidentifikasi, hanya 15 yang berkembang dengan konsumsi serat lebih banyak. Karenanya diduga, merekalah pendorong utama bagi kesehatan yang lebih baik. Ditunjang oleh diet tinggi serat, mereka menjadi strain yang dominan di usus, setelah mereka meningkatkan kadar asam lemak rantai pendek butirat dan asetat. Asam-asam ini menciptakan lingkungan usus yang sedikit asam, sehingga mengurangi populasi bakteri merugikan. Selain itu juga meningkatkan produsksi insulin dan kontrol glukosa darah yang lebih baik.
Sebagian bakteri di usus kita memecah karbohidrat kompleks, seperti yang terdapat dalam serat pangan. Bakteri-bakteri tersebut juga memproduksi asam lemak rantai pendek yang menutrisi sel-sel dinding usus, mengurangi inflamasi (peradangan), dan membantu mengontrol nafsu makan. Kekurangan asam lemak rantai pendek telah dihubungkan dengan DM2 dan penyakit-penyakit lainnya.
DM2 telah menjadi epidemik di seluruh dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini muncul karena tubuh resisten terhadap insulin, atau pankreas tidak cukup memproduksi insulin—hormon yang diperlukan untuk memasukkan gula di darah ke sel.
Studi ini tampaknya membuka harapan baru. Membangun mikrobiota usus yang sehat melalui asupan nutrisi. Tidak hanya untuk mengelola diabetes tipe 2, tapi juga untuk mencegahnya. (nid)
___________________________________
Ilustrasi: Pixabay.com