Studi terbaru mengungkapkan ada dua pola gejala yang bisa dipakai untuk memprediksikan seseorang akan menderita gangguan bipolar (GB) di kemudian hari.
Penemuan ini berpotensi menjadi alat deteksi dini masalah (kesehatan) mental yang disebabkan perubahan mood ekstrim, dan yang terkenal sulit untuk didiagnosa.
Sampai saat ini tidak diketahui dengan pasti penyebab munculnya GB. Walau sejauh ini diyakini berhubungan dengan faktor genetik dan lingkungan; tidak banyak data yang menyebutkan perilaku seperti apa yang memicu GB.
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang gejala potensial yang mengawali sebelum bipolar bermanifestasi (disebut gejala ‘prodomal’), sebuah tim peneliti menganalisa 39 studi sebelumnya tentang faktor risiko dan gejala prodomal bipolar. Muncullah dua pola gelaja terbanyak.
“Dalam skala yang luas, terdapat banyak gejala psikologikal, perubahan perilaku, dan paparan yang berhubungan dengan diagnosa bipolar,” tulis peneliti dalam laporan yang dipublikasikan dalam jurnal the Harvard Review of Psychiatry.
Pola gejala pertama yang tampak adalah homotypic, yang mirip dengan perilaku bipolar itu sendiri. Gejala ini termasuk perubahan mood, periode (sikap) bahagia/kegirangan, dan depresi. Perilaku ini belum separah jika dibandingkan dengan gejala bipolar yang sebenarnya.
Dikutip dari sciencealert.com, tanda-tanda tersebut didiskripsikan sebagai memiliki “sensivitas rendah”, yang artinya sebagian besar orang muda yang mengalaminya belum tentu berkembang menjadi bipolar. Namun bagaimanapun, mereka memiliki risiko (sedang sampai tinggi) untuk suatu saat nanti menjadi GB.
Gejala kedua adalah heterotypic, di mana tanda-tandanya berbeda dengan gejala bipolar. Ditunjukkan dengan kegelisahan, gangguan memusatkan perhatian dan gangguan perilaku, seperti ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).
Beberapa orang muda dengan dua penanda tersebut berisiko berkembang menjadi gangguan bipolar di kemudian hari. Peneliti juga mendapati adanya faktor risiko yang memicu bermanifestasinya GB, seperti trauma (benturan) di kepala, konsumsi narkoba, mengalami pelecehan seksual (baik fisik atau psikhis), stres dan hamil dengan kelahiran prematur.
Baik bipolar tipe 1, dengan episode manik lebih panjang, dan bipolar tipe 2 yang kurang parah termasuk dalam penelitian ini. Gangguan bipolar diketahui mempengaruhi 3 dari 100 orang dewasa tiap tahunnya, dan biasanya muncul pada usia 15 dan 19 tahun. (jie)