Berfungsi sebagai organ vital dalam sistem pernafasan, paru-paru mudah terpapar berbagai zat yang mencemari udara. Beberapa zat bersifat iritan dan karsinogenik (bisa memicu kanker). Asap rokok adalah polutan udara yang paling banyak menyebabkan kanker paru. Di dunia, 80-90% kanker paru disebabkan rokok. “Indonesia masuk tiga besar perokok tertinggi di dunia. Makin banyak anak yang merokok, dan makin muda usia anak-anak ini merokok,” papar dr. Niken W. Palupi, MKM, Kasubdit Pengendalian Penyakit Kanker Kementrian Kesehatan.
Selain perokok aktif, perokok pasif juga berisiko. Perokok pasif yakni orang yang tidak merokok tapi terus menerus terpapar asap rokok dari lingkungan sekitarnya. Bisa terpapar dari anggota keluarga yang merokok, atau bekerja di tempat/ruangan yang banyak orang merokok.
Rokok putih, kretek, cerutu, atau rokok elektrik (vape) sama bahayanya. “Rokok itu sesuatu yang dibakar atau tidak dibakar, tapi menghasilkan asap,” ujar dr. Elisna Syahruddin, Ph.D, Sp.P(K) dari RSUP Persahabatan.
Pengaruh rokok
Rokok bisa menyebabkan kanker paru karena dua factor. Pertama, aliran asapnya membuat sel-sel di sepanjang saluran nafas rusak. Makin banyak rokok yang dihisap, makin banyak sel yang rusak dan perbaikan oleh tubuh makin sering dilakukan. “Sudah diperbaiki kena asap lagi, diperbaiki lagi kena asap lagi. Ini yang menyebabkan mutasi, dan awal terjadinya kanker,” tutur dr. Elisna.
Factor kedua, kandungan karsinogenik. Tidak kurang dari 40 karsinogenik yang ada dalam asap rokok. Paparan dengan zat-zat beracun ini dalam jangka panjang bisa membuat sel berubah sifat menjadi ganas, dan tumbuh tidak terkendali.
Risiko seseorang terkena kanker paru meningkat 8x bila merokok. Memang, tidak semua perokok akan terjangkit penyakit mematikan ini. Salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan sel memperbaiki diri. Ada tiga fase perjalanan, dari paparan asap rokok hingga timbul kanker: fase inisiasi, promosi, baru jadi kanker. Fase inisiasi dan promosi juga disebut pra kanker.
“Saat inisiasi, sel-sel normal jadi tidak normal. Bisa kembali normal bila daya tahan tubuh bagus dan nasib baik,” ucap dr. Elisna. Ada sebagian sel yang saat inisiasi, tidak kembali normal dan masuk ke fase promosi. Di fase ini, sel-sel abnormal tidak bisa normal lagi, melainkan diaktifkanlah apoptosis atau program pematian sel. Ini mekanisme yang dikembangkan tubuh untuk membuang sel yang tidak lagi diperlukan. Bisa dibilang, sel melakukan “bunuh diri” terprogram.
Bila sel-sel abnormal itu berhasil dimatikan, orang tersebut selamat dari terkena kanker. Namun bila fase promosi lewat dan ada sel abnormal yang belum mati, terbentuk carcinoma in situ (CIS). “Kalau sudah ada CIS, kanker mulai berkembang. Tidak bisa kembali normal,” terang dr. Elisna. Perkembangan ini berbeda pada tiap orang. Ada yang cepat, ada yang lambat. Kalau daya tahan tubuh bagus dan tidak ada factor pendamping lain, biasanya kanker berkembang lambat.
Radon
Di Amerika Serikat, terbukti bahwa radon merupakan penyebab kanker paru nomor dua setelah rokok. Radon adalah gas bumi yang dilepaskan dari batu dan tanah, terbentuk secara alami dari penguraian elemen radioaktif seperti uranium, yang terdapat di tanah dan batu di dunia. Radon menguap dari tanah dan membaur di udara. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak terasa oleh indra pengecapan sehingga kehadirannya tidak disadari.
Makin dekat lantai rumah dengan permukaan tanah, makin pekat kandungan radon dalam udara. Kadar radon lebih rendah sehingga lebih kecil risiko menyebabkan kanker paru, bila jarak antara lantai dan tanah di atas 50 cm, dan ventilasi rumah bagus.
Itu sebabnya, rumah zaman dulu lebih aman dari radon. Rumah model panggung dan dinding rumah dari bilik bambu atau papan kayu. “Banyak celah di dinding, sehingga udara bebas keluar masuk,” ujar dr. Elisna. Rumah masa kini berdiri langsung di tanah, dan banyak yang ventilasinya kurang baik. Apalagi bila menggunakan pendingin udara (AC), sehingga jendela selalu tertutup. “Rumah jangan hanya cantik, ventilasi itu penting,” tambahnya.
Pada rumah susun atau apartemen, lantai dua ke atas lebih aman dari radon ketimbang lantai dasar. Pasang exhaust fan di dapur untuk menyedot asap keluar, sehingga tidak terperangkap di dalam rumah.
Asbes
“Pekerja di pertambangan asbes atau pabrik yang mengolah asbes berisiko tinggi,” kata dr. Elisna. Penggunaan asbes sudah dilarang di 55 negara. Di beberapa negara maju, penambangan, pengolahan maupun produksi asbes sudah dihentikan. Menjual, menggunakan atau menyimpan produk yang mengandung asbes terhitung ilegal. Di Indonesia, asbes masih dipakai sampai sekarang. Negara kita termasuk 10 negara tertinggi pengguna asbes di dunia. BPS (Badan Pusat Statistik) pada 2015 melaporkan, 9,08% rumah menggunakan atap asbes.
Asbes berasal dari mineral alam, mengandung serat-serat kecil yang bisa menghasilkan serbuk. Bila serbuk ini terhirup dan sampai ke paru-paru, bisa menetap di sana dan menyebabkan peradangan (asbestosis). Bisa berlangsung kronis dan akhirnya menjadi kanker. Penggunaan asbes sebagai atap rumah dengan banyak area terbuka, risikonya lebih kecil menyebabkan kanker. Tentunya, lebih baik lagi bila atap diganti dengan bahan lain untuk meminimalkan risiko.
Pencegahan
Kanker paru bisa dicegah, karena ada fase yang cukup panjang untuk melakukan tindakan, berkaitan dengan fase pra kanker sebelum menjadi kanker. “Pencegahan utama, jangan pernah menjadi perokok. Kedua, kalau sudah merokok, segera berhenti. Mudah-mudahan ini bisa menjadi fase di mana masih bisa kembali,” tegas dr. Elisna. Ketiga, cek kesehatan rutin. Ini yang paling penting dilakukan untuk mencegah kanker paru. “Yang tidak bisa dicegah itu kalau orangnya bandel,” imbuhnya.
Bila batuk lebih dari dua minggu, jangan didiamkan dan menganggap itu hanya batuk biasa. Datanglah ke dokter, agar dokter menilai apakah batuk itu disebabkan TB, alergi, atau hal lain. Batuk-batuk itu alarm, jangan diabaikan,” pungkas dr. Elisna. (nid)
Bersambung ke: Pengobatan Makin Berkembang