Kanker kepala dan leher (KL) masih kurang dikenal. Padahal, insiden dan angka kematiannya cukup tinggi. Menurut Globocan 2012, insiden kanker KL di dunia sekitar 10% dari 100.000 penduduk, dengan angka kematian 7%.
Pasien yang selamat, harus menghadapi problema tersendiri. Kanker KL maupun pengobatannya, kerap mengganggu fungsi organ di kepala dan leher. “Terutama organ pernafasan, menelan dan bicara. Ini masalah yang sangat menonjol pada kanker kepala dan leher,” ungkap dr. Siti Annisah Nuhoni, Sp.RM dari RS Cipto Mangunkusumo , dalam diskusi seputar kanker KL di Jakarta beberapa waktu lalu.
Pasien yang seharusnya bisa melihat, mendengar, berbicara, mengunyah dan menelan dengan baik, jadi sangat terhambat. Gangguan fungsi organ yang terjadi, tergantung di mana letak kanker berada. Pengobatan pun turut memperberat gangguan. Misalnya terapi radiasi untuk kanker di daerah mulut, akan merusak mukosa (selaput lendir) mulut dan kerongkongan, sehingga organ-organ tersebut jadi kering. “Makanan jadi tidak terasa, pasien susah mengunyah dan menelan, timbul sariawan dan mungkin juga infeksi,” lanjur dr. Nuhoni.
Dampaknya, tidak hanya fungsi organ tersebut yang terganggu. Kecukupan nutrisi pun terancam sehingga pasien bisa mengalami kekurangan nutrisi. Padahal, nutrisi sangat diperlukan untuk proses pemulihan.
Apa yang bisa dilakukan? “Harus diupayakan agar air liur tetap diproduksi. Misalnya dengan minum air hangat,” ujar dr. Nuhoni. Upaya lain misalnya mengunyah permen karet atau mengulum potongan es batu. Semua ini akan merangsang keluarnya air liur sehingga membuat mulut terasa lebih nyaman dan lebih mudah mengunyah/menelan makanan. “Makan nanas juga bisa merangsang air liur, tapi tentu tidak bisa dilakukan kalau ada sariawan,” imbuhnya.
Selanjutnya, bisa dilakukan terapi bicara dan terapi okupasi bila diperlukan. (nid)