Susu merupakan salah satu sumber pangan yang baik karena gizinya cukup lengkap, dan bisa menjadi tambahan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi sehari-hari. Perhatikan cara penyimpanan susu, agar kualitas susu terjaga optimal, sekaligus mencegah risiko kontaminasi atau susu menjadi rusak.
Di pasaran ada susu cair (pasteurisasi, steril, UHT) dan susu bubuk. Masing-masing memerlukan teknik penyimpanan berbeda. “Susu pasteurisasi harus disimpan dalam lemari pendingin,” tegas DR. Ir. Dede R. Adawiyah, dosen Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam bincang-bincang yang diselenggarakan Forum Ngobras di Jakarta beberapa waktu lalu. Ini karena proses pasteurisasi tidak membunuh semua bakteri mati. Bakteri berbahaya/patogen mati, tapi bakteri pembusuk masih ada. Agar bakteri tersebut tidak aktif sehingga susu tidak menjadi basi, maka susu perlu disimpan dalam suhu dingin. Segera habiskan susu begitu kemasannya dibuka.
Adapun susu steril (yang dikemas dalam kaleng) dan susu UHT (ultra hight temperature yang dikemas dalam karton tetrapack) bisa disimpan dalam suhu ruang, selama kemasan dan segelnya masih utuh. Namun begitu dibuka, “Harus segera dihabiskan.” Bila ukuran kemasan besar, susu bisa kembali disimpan dalam lemari es, asalkan kemasannya ditutup rapat.
Bagaimana dengan susu bubuk? Secara umum, susu jenis ini yang paling mudah disimpan dan paling awet. “Yang perlu diperhatikan, bila sudah dibuka, maka harus ditutup dengan rapat,” tandas DR. Dede. Setelah kemasan dibuka, simpanlah susu dalam wadah plastik atau kaleng yang tertutup rapat; lebih baik lagi bila kedap udara. Jangan hanya menggulung kemasan lalu mengikatnya dengan karet, seperti yang biasa kita lakukan.
Apalagi, kelembaban udara di negeri kita sangat tinggi. “Susu bubuk yang berbahan kering, akan menyerap uap air di udara. Lama-lama akan rusak. Yang paling kelihaan, susu menggumpal ,” tutur DR. Dede. Susu yang sudah menggumpal sebaiknya dibuang saja, karena kualitasnya sudah jauh berkurang. Akan terjadi perubahan dalam hal kelarutan, kandungan protein dan zat gizi lainnya pun ikut berubah.
Dalam kemasan, biasanya disebutkan bahwa susu bubuk sebaiknya habis dikonsumsi dalam dua minggu. Menurut DR. Dede, tidak harus seperti itu. Selewat dua minggu masih tetap bisa dikonsumsi, selama tidak ada perubahan fisik dan rasa. Terutama bila penyimpanannya baik. “Namun juga jangan terlalu lama sampai satu bulan misalnya. Kadang ada reaksi yang tidak terlihat oleh mata,” tandasnya. (nid)