Cek Yuk! Ini 3 Mitos Kanker Payudara yang Bisa Menghambat Pengobatan
mitos_kanker_payudara

Cek Yuk! Ini 3 Mitos Kanker Payudara yang Bisa Menghambat Pengobatan

Begitu banyak mitos seputar kesehatan yang beredar di sekitar kita, salah satunya mitos kanker payudara. Ada baiknya kita lebih kritis saat menerima informasi. Mitos dan informasi yang salah akan menyesatkan, dan bisa mengurangi peluang kesembuhan karena kanker gagal terdeteksi sejak dini.

OTC Digest mewawancara Clinical Associate Professor Veronique Tan, Head & Senior Consultant di Department of Breast Surgery, Division of Surgery and Surgical Oncology Singapore General Hospital (SGH) dan National Cancer Centre Singapore (NCCS). menyayangkan, mitos yang kurang tepat kerap membuat pasien menunda untuk berobat. “Akibatnya, penanganan jadi tertunda,” ujarnya melalui wawancara yang dilakukan lewat surat elektronik.

Apa saja mitos seputar kanker payudara yang banyak beredar tapi kurang tepat? Yuk, kita cari tahu lebih lanjut di bawah ini.

Clinical Associate Professor Veronique Tan / Foto: National Cancer Centre Singapore (NCCS)

3 Mitos Kanker Payudara

Dr. Tan merangkum tiga mitos kanker payudara yang banyak ia temui dalam praktik sehari-hari. Berikut ini penjelasannya secara ilmiah.

1. Kanker payudara itu menyakitkan

Faktanya, kanker payudara justru biasanya tidak menimbulkan nyeri atau rasa sakit. “Gejala yang paling umum adalah benjolan di payudara yang tidak nyeri. Gejala lain yang perlu diwaspadai meliputi perdarahan dari puting, puting tertarik ke dalam, pembengkakan pada payudara, dan perubahan tekstur atau warna kulit di area payudara,” papar Dr. Tan.

2. Tidak berisiko karena tidak ada riwayat kanker payudara di keluarga

Jangan selalu merasa ‘aman’ lantaran tidak ada riwayat kanker payudara di kluarga. Menurut Dr. Tan, 85% pasien kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini. “Artinya, semua orang memiliki risiko, termasuk laki-laki,” tegasnya. Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada terhadap perubahan apapun yang terjadi pada payudara, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika ada tanda-tanda yang mencurigakan.

3. Biopsi bisa membuat kanker menyebar

Masih banyak yang beranggapan bahwa biopsi menggunakan jarum untuk mengambil sampel jaringan pada benjolan yang diduga kanker, bisa menyebabkan kanker menyebar sehinga harus dihindari. Hal ini sangat tidak tepat.

Ditegaskan oleh Dr. Tan, ketakutan biopsi pada benjolan payudara tidak menyebabkan penyebaran sel kanker. “Sebaliknya, prosedur ini memberikan informasi penting yang diperlukan untuk merancang rencana pengobatan yang paling efektif dan sesuai dengan kondisi pasien,” tandasnya.

Jangan Langsung Percaya Mitos, Gali Faktanya!

Percaya mitos kanker payudara tanpa terlebih dahulu mencari tahu fakta ilmiahnya, bisa merugikan. Berdasarkan pengalaman Dr. Tan, tak jarang pasien menunda untuk mencari pengobatan saat menemukan benjolan yang tidak nyeri di payudara. “Banyak yang menganggap bahwa kanker selalu disertai rasa sakit, sehingga benjolan yang tidak menimbulkan rasa sakit kerap dianggap tidak berbahaya. Akibatnya, penanganan sering tertunda, bahkan hingga berbulan-bulan, karena pasien merasa benjolan tersebut tidak memengaruhi aktivitas sehari-hari mereka,” tuturnya.

Kembali ke mitos nomor 2 di atas. Jangan lengah meski tidak ada riwayat kanker payudara di keluarga. Secara umum, skrining kanker payudara dengan pemeriksaan mamografi disarankan untuk perempuan usia 40 tahun ke atas. Untuk yang berusia lebih muda, bisa melakukan USG payudara. Jangan lupa untuk melakukan SADARI atau SADANIS setiap bulan. “Skrining kanker payudara sangat dianjurkan, karena kanker payudara stadium awal sering kali dapat terdeteksi sebelum gejala terlihat,” tegas Dr. Tan.

Tak hanya perempuan, juga penting bagi laki-laki untuk memperhatikan kondisi payudara. Memang, angka kanker payudara pada laki-laki jauh lebih rendah dibandingkan perempuan, dengan rasio 1:100. Namun bukan berarti bisa diabaikan. Ditengarai, kanker payudara menyumbang 0,5% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki.

Bila sudah terdeteksi adanya benjolan, jangan ragu untuk menjalani biopsi sesuai saran dokter. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, biopsi tidak membuat kanker menyebar ke bagian tubuh lain. Biopsi sangatlah krusial dalam penanganan kanker payudara yang optimal. “Biopsi penting untuk menegakkan diagnosis dan menentukan jenis kanker payudara, sehingga dokter dapat menyusun strategi pengobatan yang tepat,” ujar Dr. Tan.

Sebagai informasi, ada beragam jenis sel kanker payudara. Masing-masing memerlukan urutan maupun metode pengobatan yang berbeda. “Memahami karakteristik kanker sejak awal sangat penting untuk merancang rencana pengobatan yang paling efektif dan mendapatkan hasil terbaik,” jelas Dr. Tan.

Ia menyayangkan, masih banyak yang menghindari biopsi karena takut akan memicu penyebaran kanker, dan langsung memilih operasi pengangkatan benjolan atau payudara. “Melakukan pembedahan untuk mengangkat tumor tanpa terlebih dahulu melakukan biopsi jarum sering kali tidak memberikan hasil jangka panjang yang optimal,” imbuh Dr. Tan.

Kini kita bisa begitu mudah mendapatkan informasi, baik dari portal berita maupun media sosial. Kita perlu lebih bijak memilah mana yang bisa dipercaya, agar tidak terjebak dalam disinformasi maupun mitos kanker payudara.

Influencer (pemengaruh) juga memiliki peran yang krusial, dengan memanfaatkan platform mereka untuk menyebarkan fakta atau cerita tentang kesehatan. “Berdasarkan pengalaman kami, berbagi informasi semacam ini seringkali mendorong orang untuk mengambil langkah-langkah proaktif, seperti mencari nasihat kesehatan atau mengadopsi kebiasaan yang lebih sehat,” pungkas Dr. Tan. (nid)

_________________________________________

Foto cover: National Cancer Centre Singapore (NCCS)