Tensi (tekanan darah) optimal yakni <120/80 mmHg. Nilai 120-129 mmHg (sistolik) dan 80-84 mmHg (diastolik) adalah normal, dan kisaran 130-139 mmHg (sistolik) dan 85-89 mmHg (diastolik) disebut normal-tinggi. “Yang menjadi crossing point adalah sistolik 140 mmHg. Bila ini tidak diatasi, akan terjadi penurunan fungsi ginjal yang tajam, dan akan berakhir dengan dialysis,” ungkap dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH-FINASIM, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI).
Namun, jangan langsung panik bila mendapati tensi >140/90 mmHg. “Untuk menetapkan diagnosis hipertensi, pengukuran harus dilakukan berulang-ulang dan benar. Tidak serta merta langsung diberi obat penurun tekanan darah begitu tensi ditemukan tinggi,” ujar dr. Tunggul, dalam diskusi media di Jakarta, Rabu (17/10/2019).
Baca juga: Hipertensi Banyak Jenisnya, "Morning Hypertension" Lebih Berbahaya
Tensi bukan sekadar angka, melainkan gelombang; nilainya berubah-ubah sepanjang hari. Bahkan, tensi yang diukur di klinik/RS pun bisa berbeda dengan yang diukur di rumah. Untuk itu, sangat disarankan juga melakukan CERAMAH (cek tekanan darah di rumah), tidak hanya di klinik. Lebih bagus lagi bila bisa melakukan ABPM (ambulatory blood pressure monitoring), pemantauan tensi selama 24 jam dengan alat khusus.
Berikut ini panduan persiapan sebelum mengukur tensi, baik di klinik maupun di rumah:
- Tenang, tidak cemas/gelisah, atau kesakitan. Beristirahatlah dulu 5 menit sebelum periksa tensi.
- Tidak mengonsumsi kafein, rokok, atau beraktivitas fisik, 30 menit sebelum pemeriksaan.
- Buang air kecil dan/atau besar sebelum pemeriksaan.
- Tidak mengonsumsi obat-obatan yang mengandung stimulant adrenergic seperti fenilefrin/pseudoefedrin (misalnya obat flu dan tetes mata).
- Jangan memakai pakaian yang ketat.
- Lakukan pengukuran tensi di ruangan yang tenang dan nyaman.
- Jangan berbicara selama pengukuran tensi.
Tidak ada patokan, di waktu apa sebaiknya periksa tensi. Di pagi hingga siang hari, rerata tensi >135/85 mmHg, dan >120/70 mmHg di malam hari. Pada CERAMAH, lakukan pengukuran sebanyak 3x, dengan jeda antar pengukuran 1 menit. “Catat tiap hasil pengukuran, lalu ambil rata-ratanya,” ujar dr. Tunggul. Namun bila hasil pengukuran pertama sangat tinggi, tidak usah dipakai; gunakan hanya dua nilai berikutnya. Ambang batas nilai tensi pada CERAMAH lebih rendah daripada nilai di klinik. Pada CERAMAH, disebut hipertensi bila rata-rata sistolik >135 mmHg, dan diastolik >85 mmHg.
Ada anjuran untuk memeriksa tensi di pagi hari, untuk melihat apakah ada hipertensi pagi (morning hypertension); sebagian orang tensinya melonjak naik setelah pukul 4 pagi. Syarat umum tetap berlaku untuk mengukur ini: sesuah bangun tidur dan dalam keadaan rileks; artinya sudah buang air kecil/besar.
Baca juga: Hipertensi Pembunuh Diam-diam Kaum Perempuan
Tekanan darah adalah daya pompa jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Maka idealnya, pengukuran tekanan darah dilakukan pada aorta jantung. Namun tentu ini sangat sulit dilakukan. “Karena itu diukurnya di lengan atas, yang posisinya setinggi jantung. Alat yang dipasang di pergelangan tangan belum didukung bukti ilmiah yang kuat,” imbuh dr. Tunggul.
Hipertensi adalah ‘induk’ dari berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal kronis. Bila diketahui sejak dini, hipertensi bisa diatasi sehingga tidak sampai memunculkan penyakit-penyakit tadi. Know you number. Ketahui nilai tekanan darah Anda, sekarang juga. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Health photo created by welcomia - www.freepik.com