Mencegah DBD dan Menekan Angka Kematian dengan 3M Plus Vaksinasi
mencegah_DBD_vaksin_DBD

Mencegah DBD dan Menekan Angka Kematian dengan 3M Plus Vaksinasi

Setiap hari Jumat, di DKI Jakarta para Jumantik (Juru Pemantau Jentik) memeriksa tiap rumah. Sejak pandemi COVID-19, tiap Jumat pagi ada pengumuman melalui toa agar para warga melakukan pemantauan jentik sendiri di rumah. Di daerah lain, hal serupa juga dilakukan; ada yang sebulan sekali, ada yang setiap Jumat seperti di Jakarta. Demam berdarah dengue (DBD) memang masih banyak terjadi di Indonesia. Tak heran, berbagai upaya dilakukan untuk mencegah DBD.

Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat, dari awal 2023 sampai minggu ke-33, terjadi 57.884 kasus DBD dengan 422 kematian, yang tersebar di 34 provinsi. Untuk mengatasi permasalahan ini sekaligus menuju target nol kematian akibat DBD pada 2030, pemerintah bekerjasama dengan Takeda meluncurkan kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD. “Masyarakat masih perlu melihat DBD sebagai ancaman serius, terutama di saat fenomena El Nino,” ungkap Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, puncak fenomena El Nino akan terjadi dari Agustus hingga September 2023. Apa hubungannya El Nino dengan DBD? Ternyata fenomena iklim ini menyebabkan suhu menjadi lebih hangat, yang membuat nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor virus dengue penyebab DBD semakin “ganas”. Ditengarai, frekuensi gigitan nyamuk bisa naik hingga 3-5 kali lipat saat suhu mencapai 30oC ke atas.

Mencegah DBD dengan 3M + Vaksinasi

Kita sudah sangat familiar dengan 3M (menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur/mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air). Gerakan ini kadang juga ditambah menjadi 5M: menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, dan mengganti air di vas bunga.

Untuk lebih optimal mencegah DBD sekaligus menekan angka kematian yang diakibatkan penyakit tersebut, vaksinasi menjadi upaya tambahan yang penting. Vaksin DBD dikenal sebagai Travalent Dengue Vaccine (TVD), dan sudah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sejak 2022. Vaksin DBD TVD bisa diberikan pada kelompok usia 6 – 45 tahun, baik yang sudah pernah maupun belum pernah terkena DBD sebelumnya.

Baca juga: Demam Dengue dan DBD, Apa Bedanya?

Di negara dengan penularan DBD tinggi seperti Indonesia, anak-anak cenderung yang paling banyak terdampak. “Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2022, pola kematian akibat dengue dominan di kelompok usia muda, yaitu 5-14 tahun, sebesar 45%,” ujar Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Komunitas Dengue Indonesia.

Ia melanjutkan, IDAI merekomendasikan pengendalian vektor nyamuk dan vaksinasi, untuk mencegah DBD dan kematian akibat DBD. Vaksin yang bisa diberikan tanpa melihat pengalaman infeksi DBD sebelumnya, diharapkan bisa melindungi lebih banyak lagi anak di Indonesia.

Namun jangan lupa, DBD tak hanya mengancam anak-anak; orang dewasa pun bisa terkena. “Karena manfaat vaksin sudah terbukti, Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah merekomendasikan vaksinasi demam berdarah juga diberikan pada orang dewasa sampai umur 45 tahun,” ujar Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI.

Baca juga: Wolbachia, Upaya Memberantas DBD dengan Memelihara Nyamuk

Vaksin DBD TVD diberikan dalam dua dosis, dengan efikasi mencapai 85,9%. Meski DBD turut berkaitan dengan El Nino, bukan berarti ini merupakan penyakit musiman. DBD ada di Indonesia sepanjang tahun. Vaksin DBD pun bukan vaksin musiman. “Ini bukanlah vaksin musiman yang harus diulang setiap tahun. Dengan pemberian dua dosis, akan tercipta perlindungan yang tahan lama,” ujar General Manager Takeda Indonesia, Andreas Gutknech.

Mencegah DBD rasanya memang tak cukup dengan mengendalikan nyamuk saja. Melakukan vaksinasi secara mandiri akan lebih efektif mencegah DBD, sekaligus mengurangi risiko penyakit menjadi berat yang membutuhkan rawat inap, dan berisiko menyebabkan kematian. (nid)